SUKABUMIUPDATE.com - Sepanjang tahun 2020, redaksi sukabumiupdate menerbitkan sejumlah artikel tentang sosok warga Sukabumi yang tidak pernah menyerah dengan keadaan. Mereka tetap berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, walaupun secara usia sudah lanjut, fisik ada kekurangan ataupun alat yang digunakan atau dibuat jauh tertinggal dari putaran roda jaman.
Berikut kisah perjuangan tanpa kenal lelah mereka, yang dirangkum redaksi sukabumi sebagai catatan akhir tahun 2020.
Pertama, Saefudin (52 tahun), salah satu juru foto keliling di objek wisata Karanghawu, Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Kisah warga Cisolok ini dirilis sukabumiupdate.com, edisi 4 Januari 2020, Saefudin berjuang ditengah gempuran smartphone canggih yang sekarang jadi modal utama setiap orang mengabadikan momen wisata.
Kedua, Neneh Hasanah alias mak nenah atau mamih. Nenek tua berusia 84 tahun warga Kampung Ciseupan Hilir RT 03/06 Desa Seuseupan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi ini menjadi inspirasi khususnya bagi dunia pendidikan. Mak Nenah panggilannya sejak tahun 1054 sampai saat ini masih aktif sebagai tenaga pengajar di sekolah miliknya sendiri, Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Assahriyah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Misbahul Aulad.
Ketiga, Bah Engkos petani penggarap warga Kampung Lio Desa Sirnajaya Kecamatan Warungkiara. Kakek asli dari Langkapjaya ini adalah pendiri Serikat Petani Indonesia Sukabumi yang kemudian bersama banyak petani lainnnya di sekitar perkebunan halimun secara resmi mengajukan lahan eks HGU PT Sugih Mukti sebagai TORA (Tanah Objek Reforma Agraria).
Keempat, kakek Amad (80 tahun) warga Lembursitu yang mengontrak di Sriwedari, yang masih semangat mencari nafkah dengan menyewakan raket di Lapang Merdeka Kota Sukabumi. Amad punya 40 buah raket yang disewakan kepada siapapun seharga Rp 5 ribu untuk 1 raketnya.
Kelima, Mali (70 tahun) warga Kampung Tangkolo Muara RT 04/05, Desa Hegarmulya, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi. Diusia lanjut, kakek Mali masih menawarkan jasa naik rakit bagi warga yang ingin menyebrangi Sungai Cibuni, perbatasan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur dengan biaya seikhlasnya.
Keenam, Tuku Sembaya (55 tahun) yang sehari-hari berjualan kopi keliling di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Gunungparang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, tepatnya dekat Alun-alun Kota Sukabumi. Tuku juga menjadi pemulung sampah plastik atau sampah apapun yang masih bisa dijual, untuk menyambung hidup sebagai pengembara di Kota Sukabumi, ia aslinya dari Depok Jawa Barat.
Ketujuh, Ina (50 tahun) satu-satunya pengrajin gerabah tanah lempung yang tersisah di Kampung Cigintung, Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Wilayah ini dulunya sentra gerabah tapi kini kehilangan penerus kecuali Ina yang sangat mencintai gerabah yang sudah diturunkan dari para leluhur sebelumnya.
Kedepalapan, Agus (41 tahun) warga Kampung Cisalak, Desa Caringin, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, kena Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK akibat pandemi covid-19. Agus pulang dengan niat untuk kembali bangkit dengan menjadi perajin cobek, atau orang sunda biasa menyebut coet dari bebatuan yang melimpah di Sungai Cibareno.
Kesembilan, Mang Enceng. Pria tunanetra berusia 46 tahun ini adalah penjual es krim keliling yang sering ditemui di Kota Sukabumi. sempat viral usai es krim dagangan berikut klenengnya dicuri orang di kawasan Sriwedari, 2019 silam, tak membuat mang Enceng hilang semangat, kini ia kembali menyusuri jalanan untuk berjualan es krim.
Kesepuluh Mak Enas perempuan asal Cicurug Kabupaten Sukabumi ini masih semangat jualan gorengan dan nasi uduk keliling. Perempuan berusia 77 tahun itu biasa berjualan di pinggir jalan sekitar kantor Kecamatan dan Puskesmas Cicurug, tidak ingin meminta belas kasihan orang lain termasuk menunggu bantuan dari pemerintah.
Ingat pesan ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.