SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia (HIPKI), Asep Syaripudin mendukung langkah pemerintah yang akan mengimpor Rektor dari luar negeri, bahkan harus segera dilaksanakan. Ia menjelaskan impor diperlukan melihat SDM Indonesia yang maih jauh tertinggal.
BACA JUGA: FKDB dan HIPKI Kompak Dukung SABER, Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Asep menyebutkan, di Asean saja Indonesia hanya unggul di atas Kamboja, Laos dan Myanmar. Singapura menempati peringkat pertama dengan skor 77,27 yang sudah lebih dulu mengimpor Rektor dari luar negeri.
"Sedangkan Indonesia berada di posisi keenam dengan skor 38,61. Artinya penting mengimpor Tenaga Ahli dari Luar Negeri supaya Indonesia segera bisa bersaing," sebutnya.
BACA JUGA: Soal UMK Kabupaten Sukabumi, Pengurus DPP Hipki Ayep Zaki: Buruh Harus Sejahtera
Salah satu contoh kecil, lanjut Asep, di Belanda memerlukan tenaga perawat sebanyak 25.000, namun Indonesia tak bisa melengkapi kekurangan tenaga perawat tersebut karena tenaga perawat dari Indonesia belum memenuhi standar.
"Jadi tugas kita semua untuk melengkapi kekurangannya, agar tenaga perawat kita bisa diterima di Belanda dengan gaji yang sangat tinggi. Begitupun di bidang bidang lain, dimana kita belum bisa bersaing SDM-nya," lanjut Asep.
BACA JUGA: Pesan Rektor Universitas Nusa Putra kepada Wartawan Sukabumiupdate.com
"Pertanyaannya, apa Indonesia siap menyambut Revolusi Industri 4.0? Indonesia berada di urutan 67 dari 125 negara di dunia dalam peringkat GTCI (Global Talent Competitiveness Index) 2019. GTCI adalah pemeringkatan daya saing negara berdasarkan kemampuan atau talenta sumber daya manusia yang dimiliki negara tersebut," imbuhnya.
Untuk itu, kata Asep, Sumber Daya Manusia (SDM) penting untuk menjadi prioritas pemerintah. Bisa dibilang bahwa daya saing SDM di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara lain. Salah satu cara meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Apalagi anggaran pendidikan Indonesia naik menjadi Rp. 492,5 triliun pada 2019 atau 20 persen dari Belanja APBN.
BACA JUGA: Ahmad Syaikhu Ditolak Mahasiswa, Ini Kata Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi
"Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh World Economic Forum, peringkat kualitas sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan ke-54 dengan skor 4,3. Tertinggal 31 level dari negara tetangga kita, Malaysia yang ada di peringkat 23. Sementara itu, Inggris ada di rangking 24 dan Amerika Serikat di posisi 25," paparnya.
"Kita kagum dengan Negara kecil di Eropa yang letaknya paling pojok diujung yaitu Negara Finlandia yang selalu menjadi urutan pertama di dunia dengan Skor 6,7. Finlandia sangat terkenal dengan sistem pendidikannya yang tidak mengklasifikasikan siswa sesuai tingkat kecerdasannya. Semua siswa masuk kelas yang sama tanpa pembedaan kemampuan," sambung Asep.
BACA JUGA: Rektor Coret Nama Jubir Eks HTI di Daftar Penceramah Masjid UGM
Ia menilai, sistem pendidikan ini telah memberikan hasil yang sangat menggembirakan dari kesenjangan antara siswa lemah dan siswa cerdas. Ini artinya kecerdasan hampir merata untuk semua siswa, sehingga skor kesenjangan antara yang pintar dan yang bodoh adalah yang terendah di dunia.
"Harapan Indonesia untuk menjadi negara kuat dengan target urutan keempat dunia tahun 2045 rasanya sulit terwujud jika SDM-nya tidak segera dibenahi, karena peringkat kita masih jauh tertinggal tingkat kecerdasannya dibanding dengan negara tetangga dan negara dunia lainnya," pungkas Asep.