SUKABUMIUPDATE.com - Warga Sukabumi pasti sudah begitu akrab dengan kerupuk, makanan yang kerap dijadikan teman nasi atau cemilan. Nah kalau kerupuk gadung, pernah mencoba tidak?
Gadung masih termasuk umbi-umbian. Namun, gadung memiliki racun yang bisa memicu mual bahkan muntah. Maka dari itu agar bisa dikonsumsi mesti benar dalam cara pengolahannya.
BACA JUGA: Opak dan Kerupuk Seblak Olahan Warga Cikembar Sukabumi Cocok untuk Teman Bersantai
Koriah (52 tahun), warga Kampung Ciragil RT 07/03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi adalah seorang pembuat kerupuk gadung. Yuk lihat lebih dekat cara mengolahnya dan bagaimana rasa kerupuk gadung ini?
Menurut Koriah, di hutan di sekitar Kampung Ciragil, gadung sangat mudah ditemukan. Menurutnya, seperti umbi-umbian pada umumnya buah gadung tumbuh di dalam tanah, ciri yang paling terlihat dari gadung ini yaitu pohonnya memiliki batang berduri.
BACA JUGA: Musim Hujan, Produksi Kerupuk di Sindangsari Sukabumi Menurun
Gadung yang diperoleh Koriah di hutan ini dikupas lalu diiris-iris tipis. Irisan gadung ditaburi dengan abu kayu bakar kemudian diaduk sampai merata. Langkah selanjutnya irisan gadung yang sudah tercampur dengan abu ini dimasukan dalam keranjang lalu direndam dalam air yang mengalir.
Proses pengolahan gadung menjadi kerupuk.
"Merendam irisan gadung dalam air deras ini memakan waktu dua hari dua malam," ujar Koriah.
Proses perendaman ini biasanya dilakukan di sungai yang airnya deras. Menaburi abu dan merendam gadung dalam air yang mengalir ini penting dilakukan agar racun yang ada pada gadung hilang.
BACA JUGA: Renyahnya Kerupuk Beras Hitam Waluran Sukabumi, Dijamin Bikin Ketagihan
Setelah direndam, gadung kemudian dicuci bersih dan proses selanjutnya menaburi bumbu pada irisan gadung lalu dikukus sampai matang. Sudah matang gadung kemudian dijemur selama tiga hari sampai kering. Setelah kering, gadung baru bisa digoreng.
Pada awalnya, Koriah membuat kerupuk gadung ini hanya untuk konsumsi sendiri. Namun karena rasanya renyah dan gurih banyak yang suka dan akhirnya pesan sehingga menjadi pendapatan bagi Koriah. "Untuk harga kerupuk gadung ini saya jual Rp 30 ribu per kilogramnya," kata Koriah.
BACA JUGA: Renyahnya Usaha Kerupuk Lelom di Desa Citanglar Sukabumi
Penjualan kerupuk gadung ini baru sebatas kepada tetangga atau kerabat dari kampung sebelah. Menurut Koriah, tak hanya dirinya saja yang membuat kerupuk gadung ini, karena banyak juga warga di kampung tersebut yang membuatnya. Namun banyak yang membuatnya secara asal-asalan sehingga zat beracun dalam gadungnya belum hilang.
"Seringkali orang-orang membuat kerupuk gadung ini asal-asalan salah satunya merendamnya di air yang tidak mengalir, hal itu bisa menyebabkan zat berbahaya masih menempel pada gadung keluar. Inilah yang menyebabkan orang yang memakannya pusing dan mual," pungkas Koriah.