SUKABUMIUPDATE.com - Emis (40 tahun) mencoba tekun menjalani usaha pengolahan kerupuk kulit yang diberi nama "Lelom". Warga Kampung Pangsor, Desa Citanglar, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi ini memiliki ilmu mengolah dari tempatnya bekerja dulu di Bekasi.
Tiga tahun menjadi karyawan menjadikan Emis, jenuh. Dia lantas pulang dan merintis usaha yang hingga kini sudah tujuh bulan dijalaninya.
BACA JUGA:Â Warga Ujunggenteng Sukabumi Sulap Akar Pohon Jadi Bonsai
Dalam proses produksi dan pemasarannya Emis hanya di bantu istrinya Ronis (39 tahun) yang dinikahinya 17 tahun lalu.
Perminggunya Pasangan Suami Istri (Pasutri) ini memproduksi 7 Kg kerupuk kulit. Karena hanya di kerjakan berdua saja maka produksi kerupuknya belum terlalu banyak di temukan di pasaran.
Kerupuk berbahan baku kulit sapi ini biasanya beli dari tempat penjagalan yang berada dekat rumahnya. Kulit sapi terbaik yang dibelinya ini Rp 22 ribu untuk satu kilogram.
BACA JUGA:Â Pernah Berjaya, Penjual CD di Kota Sukabumi kini Andalkan Musim Nikah
Pembuatan kerupuk kulit tergolong rumit, penggorenganya hingga mencapai enam kali. Biaya produksinya cukup tinggi, untuk 1 kg kulit memerlukan 3 kg minyak goreng ditambah 1 tabung gas LPG 12 kg untuk memasaknya.
Tak heran bila harganya tergolong tinggi mencapai Rp 140 ribu per Kg untuk kerupuk siap goreng. Dan Rp 160 ribu rupiah per Kg untuk kerupuk siap makan. Sedangkan untuk harga bungkus kecil Rp 10 ribu.
BACA JUGA:Â Cari Tahu Yuk, Nih Jenis Parfum yang Lagi Hits di Sukabumi
Dalam pemasarannya kerupuk kulit Lelom ini hanya di jual di Rumah Makan sekitar wilayah Kecamatan Jampang, Cibitung, dan Kecamatan Surade. Dalam proses penjualannya Pasutri yang dikarunia empat orang anak ini menjual sendiri dengan sepeda motor miliknya.
"Dibilang fokus ya fokus, hanya kami masih berusaha mengembangkan bisnis ini kalau sudah berkembang bukan tidak mungkin kami memperkerjakan orang lain untuk membantu," pungkas Emis.