SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Desa Pulosari Dirja Miharja akhirnya memilih sikap berseberangan dengan pemerintah. Ketua gugus tugas tingkat desa ini meminta Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan pemerintah provinsi segera membuka kembali sekolah dengan sistem tatap muka seperti sedia kala.
Kepada sukabumiupdate.com, Dirja meminta Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menjalankan kembali Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di sekolah. Alasannya utamanya, terlalu lama diam dan belajar dari rumah dengan menggunakan metode belajar daring atau online berdampak tidak bagus pada karakter anak.
BACA JUGA: Belajar Dari Rumah, Disdik: Kuota Internet Siswa di Kabupaten Sukabumi Diatur Sekolah
"Saya mewakili orang tua murid yang ada di desa, meminta dengan sangat kepada dinas pendidikan buka lagi sekolah untuk kegiatan belajar. Karena banyak warga yang tidak mengerti cara belajar online dan mengajarkan materi yang ada di buku kepada anak yang notabene itu bukan kapasitas kami, karena memang itu di luar kemampuan kami," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (20/7/2020).
Persoalan lainnya tidak semua siswa memiliki smartphone dan masih banyak perkampungan di Desa Pulosari Kecamatan Kalapanunggal yang jangkauan internetnya buruk.
BACA JUGA: Jadwal Sekolah Tatap Muka di Kota Sukabumi Mundur? Belum Dimulai 13 Juli, Ini Alasannya
"Tidak semua warga Pulosari punya handphone, dikarenakan jujur daerah kami daerah paling ujung yang alat komunikasi khususnya handphone masih ada warga yang kurang tahu alat tersebut," katanya.
Kalau pun punya handphone, kata Dirja, anak-anak mesti mencari tempat agar koneksi internetnya bagus. "Kadang malam anak-anak seusia SD dan SMP nongkrong di desa hanya sekedar ikut wifi," ungkapnya.
BACA JUGA: Kabupaten Sukabumi Masih Zona Biru Covid-19, Iyos: Belajar Tetap via Daring
Ia menilai dengan belajar daring atau online ini membuat pengeluaran meningkat karena harus membeli paket internet. Selain itu, belajar dengan seperti itu dianggap kurang efektif sebab materi yang disampaikan oleh guru membuat tidak seluruhnya dapat dimengerti siswa. "Malah membuat anak jadi malas dan bodoh karena terlalu lama diam di rumah."
Dirja pun khawatir efek langsung dari ponsel itu terhadap kesehatan. "Tidak disiplin dan yang lebih parahnya dikhawatirkan mata anak cepat rusak karena kebanyakan lihat ponsel," sambungnya.
BACA JUGA: Disdik Kabupaten Sukabumi Belum Tentukan Sikap, Lanjut BDR atau Back to School?
Untuk itu, ia meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kebijakan memperpanjang masa belajar dari rumah selama pandemi Covid-19 ini.
Dirja mempertanyakan kenapa siswa belum bisa belajar di sekolah sedangkan pasar, tempat wisata dan mall boleh buka.
"Jika sekolah masih terus ditutup, apa jadinya dengan anak-anak kami. Pasar bebas ramai, berkerumun tanpa khawatir terpapar Covid, pantai dan tempat wisata dibuka, tempat hiburan dibuka, pesawat penuh sesak dengan penumpang, mall juga dibuka. Tapi kenapa sekolah ditutup hanya karena takut terpapar Covid-19," pungkas Dirja.
BACA JUGA: Sekolah di Kota Sukabumi Dilarang Paksa Siswa Belajar Tatap Muka Walaupun Zona Hijau
Untuk diketahui, Kabupaten Sukabumi saat ini masih berstatus zona biru pada level kewaspadaan Covid-19 hasil evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jawa Barat. Dengan status ini seluruh lembaga pendidikan di Kabupaten Sukabumi dari level paling bawah hingga sekolah tinggi masih diminta untuk menerapkan belajar jarak jauh (BJJ) atau BDR (Belajar Dari Rumah).
GTPP Covid-19 Kabupaten Sukabumi menerapkan kebijakan ini dengan tetap membuka akses bagi siswa yang tinggal di daerah terpencil, tidak terjangkau akses internet dan tidak memiliki fasilitas online untuk tetap belajar yaitu dengan sistem home visit. Dinas Pendidikan diminta untuk bisa memetakan kebutuhan belajar dimasa pandemi sesuai dengan kondisi wilayah dan kemampuan masing-masing siswa.