SUKABUMIUPDATE.com - Pasangan Suami Istri (Pasutri) Ali Hamid (52 tahun) dan Sri Lalana (40 tahun) beserta tiga anaknya menghuni bangunan tak layak huni berukuran 4 x 6 meter di Kampung Cibereum RT 13/04, Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Dinding bilik bangunan tersebut sudah lapuk. Pada bagian atap, asbes yang menaungi bangunan tersebut sudah bolong dimana-mana.
BACA JUGA: Satu Keluarga Huni Gubuk Rumput Kering di Cicurug
Petugas TKSK Kecamatan Tegalbuleud Yudiansyah, mengatakan, bangunan tersebut awalnya merupakan saung milik orang tua Sri dan jaraknya sekitar 200 meter dari permukiman warga. Saung yang berdiri di atas lahan orang tua Sri ini berada sekitar 50 meter dengan pemakaman umum.
Pasangan Suami Istri (Pasutri) Ali Hamid (52 tahun) dan Sri Lalana (40 tahun) beserta tiga anaknya menghuni bangunan tak layak huni di Kampung Cibereum RT 13/04, Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Yudiansyah mengatakan, keluarga tersebut baru delapan bulan menghuni bangunan tersebut. Pada awalnya keluarga ini tinggal di Garut, tempat Ali Hamid namun karena alasan ekonomi, akhirnya mereka pulang ke Tegalbuleud, tempat asal Sri. Tak hanya Ali dan Sri, tiga anak mereka juga ikut tinggal dalam bangunan tersebut yaitu Septi (19 tahun), Sarip (6 tahun) dan Futri (1,6 tahun). Sedangkan seorang lagi, Muh. Ikbal (16 tahun) tinggal bersama neneknya di Tegalbuleud karena masih belajar di SMK kelas II.
BACA JUGA: Mak Asih dan Mak Rumnah, Kisah Lansia Miskin Gubuk Reyot dan PKH di Jampang Tengah
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ali bekerja sebagai buruh serabutan yang tak setiap hari mendapatkan uang. Sehingga, keluarga ini kerap kali kelaparan karen tak bisa membeli beras. "Keluarga tersebut sering tidak makan. Saat kemarin kami menyambangi rumahnya, mereka belum makan karena tidak punya beras dan kami menyumbang 10 kilogram beras," tutur Yudiansyah, Kamis (31/10/2019).
Yudiansyah mengungkapkan, keluarga tersebut seperti mengasingkan diri. Sebab Sri diduga depresi akibat tekanan ekonomi.
BACA JUGA: Keluarga Penghuni Rutilahu Berdinding Terpal di Kutajaya Sempat Tinggal di Pos Ronda
"Bahkan tiga hari ke belakang sempat merusak kaca jendela SDN Cibeurem, saat itulah warga pun menyangka ODGJ, padahal saat kami memberi assessment, Sri mengalami depresi," jelasnya.
Dari lima orang yang menghuni bangunan tersebut, hanya Ali saja yang memiliki administrasi kependudukan berupa KTP. Itupun masih KTP Garut. Pihak TKSK akan membantu mengurus keadministrasian kependudukan (Adminduk) keluarga ini karena mereka ingin menetap di Tegalbuleud.
BACA JUGA: Keluarga Nenek Juariah Menghuni Rumah Ambruk di Cidahu Sukabumi
"Kami akan segera menertibkan Adminduknya dan setelah selesai administrasi kependudukannya, rencana Sri akan dibawa ke rumah sakit untuk memeriksa kejiwaannya," pungkasnya.