SUKABUMIUPDATE.com - Selama tahun 2019, tercatat sebanyak 16 orang anak di Kota Sukabumi sudah kecanduan game. Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bina Sejahtera Kota Sukabumi, Joko Kristiyanto.
"Yang konsultasi ke LK3 itu ada 16 anak. Dari berbagai tingkatan usia, tapi kebanyakan usia SD sampai SMA, dan didominasi laki-laki," ungkap Joko kepada sukabumiupdate.com, Senin (29/7/2019).
BACA JUGA: Polemik Pelarangan PUBG, Apa Kata Sejumlah Gamers di Sukabumi?
Joko menjelaskan, tingkat maupun level addict setiap penyintas berbeda. Mulai dari ringan sampai yang memang sudah tidak punya kemampuan untuk meninggalkan aktivitas bermain game tersebut.
"Sebagaian besar masih dalam level ringan atau biasa saja. Hanya ada satu anak yang sudah sampai level berat, dengan kata lain hidupnya hanya untuk game," tambah Joko.
BACA JUGA: Game PUBG jadi Kontroversi, di Sukabumi Malah Ada Kompetisi
Lanjut Joko, perilaku mereka yang kecanduan game, akan mengalami siklus yang sama dengan kecanduan-kecanduan yang lain. Namun, dalam proses pemulihannya, tidak bisa menggunakan metode yang dipakai terhadap mereka yang mengalami kecanduan seperti narkotika, seks dan lain sebagainya.
"Setiap proses pemulihan menggunakan metode yang berbeda dan bersifat kasuistik, tidak bisa diberlakukan secara general, tergantung dari kondisi penyintas," beber Joko.
BACA JUGA: Kenali Faktor Penyebab Kecanduan Main Game
Joko pun mengungkapkan, alur dalam pemulihannya biasa saja, seperti konselling, observasi dan treatment. Adapun treatment yang diberikan juga harus ada perjanjian kesepakatan dengan pihak penyintas dan orangtua, dan harus disepakati bersama.
"Terapi bawah sadar, untuk menghilangkan blocking mentalnya, sehingga bisa menerima informasi dan perintah bawah sadarnya melakukan secara otomatis, manakala ada keinginan untuk main game," ungkap Joko.
BACA JUGA: Jangan Biarkan Kecanduan Game Online Bunuh Anak Kita
Terakhir Joko menyampaikan, dari 16 anak yang terkena kecanduan games tersebut, sembilan diantaranya berhasil dipulihkan. Sedangkan enam lainnya gagal dipulihkan karena semua proses pemulihan mengandalkan dirinya sendiri. Bahkan banyak orangtua yang tidak sabar atau melanggar kesepakatan yang telah disepakati bersama.
"Padahal intensitas itu lebih banyak dengan orangtuanya. Namun semua yang mensepakati perjanjian alhamdulillah berhasil. Perlu diingat, efek paling parah dari kecanduan game bisa membuat otak terganggu pola pikirnya, bahkan sampai tidak bisa berpikir alias menjadi ODGJ," pungkas Joko.