SUKABUMIUPDATE.com - Hampir tak pernah keluar rumah, Supardi (23 tahun) tinggal di dalam gubuk bambu yang berlokasi di Kampung Cibelengbeng, Desa Cibaregbeg, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Ia tak bisa pergi sekolah, tak bisa berobat, bahkan tak bisa pergi bekerja.
BACA JUGA: Saminem, Wanita Penjual Cilok Asal Cicantayan Sukabumi Memimpikan Pulang Kampung
Supardi adalah seorang pemuda yang memiliki berat badan berlebih ketimbang kebanyakan pemuda seusianya. Sejak bayi, berat badan memang sudah terus menerus bertambah. Begitu tumbuh dewasa, badannya tambun. Bukan hanya itu, Supardi juga terlahir dengan kaki kanan yang abnormal, tak bisa digerakan.
Ia pernah ditimbang tahun 2009 lalu, saat itu usianya 13 tahun. Di usia itu saja berat badannya sudah 112 kilogram. Bertahun-tahun Supardi tak pernah ditimbang. Jangankan ditimbang, Untuk bergerak saja, pemuda nan penyabar berkepala plontos itu butuh bantuan orang lain.
BACA JUGA: Keluarga Wiwi Bocah Kelainan Fisik Asal Kabandungan Sukabumi Buka Rekening Bantuan
Supardi lahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara. Sang ibu, Upit (59 tahun) merawat Supardi dengan curahan kasih sayang. Sementara sang ayah, Enang telah wafat empat tahun silam akibat sakit.
Supardi tak menyerah pada kondisinya saat ini. Meski tak pernah mengenyam bangku sekolah, Supardi yang hobi melukis ini tetap pandai menulis dan membaca. Bahkan menurut sang ibunda, Upit, anak bungsunya ini adalah anak yang soleh, rajin salat dan mengaji.
"Sejak kecil ia dibimbing kakak dan almarhum ayahnya belajar baca, tulis dan mengaji. Jadi walau enggak pernah sekolah, alhamdulillah dia bisa membaca dan mengaji," jelas Upit kepada sukabumiupdate.com, Kamis (4/4/2019).
BACA JUGA: Mengenal Lia Yulianti, Aktivis Literasi di Perpustakaan Taman Pamekar Kabandungan Sukabumi
Supardi berkisah, tahun 2009 lalu, ia pernah melakukan operasi pada bagian kakinya di Bandung berkat bantuan seorang dermawan. Alih-alih mendapat kesembuhan, ia justru kembali kesulitan untuk berdiri dan melangkahkan kakinya. Kondisi ini pula yang menyebabkan Supardi tak pernah mengenyam bangku sekolah. Bahkan untuk periksa kesehatan saja ia sulit.
"Saya sebenarnya ingin sekali seperti orang lain, bisa sekolah dan bekerja, membahagiakan orang tua saya yang saat ini tinggal ibu saja," ungkap Supardi sambil memandangi wajah ibunya penuh haru.
BACA JUGA: Pria Asal Purabaya Sukabumi Mengidap Penyakit Kulit Langka Mirip Kutil
Sekarang, Supardi tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk bambu. Tak jarang Supardi dan ibunya berbagi suka duka di gubuk tersebut. Apalagi soal himpitan kebutuhan ekonomi yang hampir setiap hari dihadapi. Sayangnya, Supardi yang ingin membahagiakan ibunya itu tak dapat berbuat banyak. Sudah obesitas, difabel, penglihatannya juga semakin buram.
"Saya sangat ingin membantu ibu, namun bagaimana caranya saya hanya bisa berdoa dan mengaji, itupun saya sudah mulai kesulitan. Kedua mata saya sudah mulai buram, kalau dipakai mengaji itu harus terang dan dekat. Saya juga berharap bisa berguna bagi orang lain," pungkas Supardi.