SUKABUMIUPDATE.com - Terik sinar matahari seakan tak dihiraukan Udin untuk pergi ke kebun Selasa (10/4/2018) siang itu. Pria berusia 88 tahun ini berjalan ke kebun yang berjarak sekitar 20 meteran dari rumahnya di Kampung Cibeas RT 005/003, Desa Mekartanjung, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi.
Sebuah bambu panjang yang disebut lodong untuk wadah lahang dipikul. Tak lupa sebilah golok diikat pada pinggulnya. Meski sudah tak muda lagi tapi semangatnya masih terlihat. Dengan cekatan dan hati-hati dia memanjat pohon aren untuk mengambil air lahang dari lodong yang sudah terpasang.
BACA JUGA: Cerita Yanto Tukang Becak Kota Sukabumi, Seharian Berkeringat Hanya Kantongi Rp 30 Ribu
Lahang tersebut ia ambil dari pohon aren milik orang lain tapi sudah izin kepada pemiliknya. Siang itu sebanyak 5 liter lahang diperoleh, merasa sudah cukup Udin kembali ke rumah. Dirumahnya sang istri, Adah (50 tahun) sudah menunggu untuk mengolah lahang menjadi gula merah.
Cara pengolahannya masih menggunakan kayu bakar. Gula olahanya lantas dijual kepada tetangga atau warga disekitar rumahnya dengan harga Rp7 ribu per Kilogramnya
BACA JUGA: Wayang Sukuraga Asal Sukabumi Bakal Tampil di Negeri Gajah Putih
"Tak seberapalah hasilnya juga, saya cuman bisa membuat 2 Kilogram saja setiap hari tapi itu pun kalau lagi ada lahangnya," kata Adah.
Namun tak jarang Udin dan Adah kesulitan menjual gula miliknya karena persediaan gula di rumah tetangga masih ada. Meski demikian, mereka tak pernah kecewa dengan hasil usaha dan selalu bersyukur dengan rezeki yang diterima.
"Alhamdulillah meski suami saya hanya bisa menghasilkan 14 ribu sehari, yang penting mah halal aja," ungkapnya.
BACA JUGA: Seniman Bambu Asal Ciakar Sukabumi di Tengah Himpitan Ekonomi
Udin sebenarnya tidak dapat bekerja terlalu berat karena tanganya patah 15 tahun lalu saat bergotong royong membuat masjid di kampungnya.
"Saat itu tangan saya tertimpa tembok masjid yang tengah dibongkar, hingga tangan kiri saya tak bisa di gunakan untuk bekerja seperti orang lain," jelas Udin.
BACA JUGA: Demi Bantu Orang Tua, Mojang Asal Perbawati Sukabumi Ini Jual Jagung Bakar
Ingatan Udin pun melayang saat muda dulu ketika ikut bergabung dalam tentara sukarela melawan penjajah. Menurut dia, saat melawan penjajah dulu untuk makan pun sulit karena selalu dikejar-kejar penjajah. Maka dari itu, meski saat ini hidup dengan keterbatasan ekonomi tapi Udin dan Adah tetap mensyukuri.
"Kalau dulu mah kita mau nyari makan aja susah harus di kejar-kejar si mancung dulu (penjajah). Sekarang mah kita nyari makan juga tenang," ungkapnya.