SUKABUMIUPDATE.com - Beragam jenis barang berbahan dasar bambu terpajang di rumah Maman (53 tahun) di Kampung Ciakar, Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya. Ada miniatur rumah adat, tempat tisu, gelas hingga sebuah miniatur kapal layar.
Seluruh barang tersebut dihasilkan dari tangan terampil Maman. Pasalnya, suami dari Sumiati (46 tahun) ini adalah seniman bambu.
Maka tak heran semua benda termasuk rumahnya berbahan dasar bambu.
Maman yang hanya lulusan SD memiliki keahlian membuat barang seni berawal dari pertemuannya dengan seorang seniman bambu asal China bernama Lik Chen Hu ditempatnya bekerja di salah perusahaan mebel di Sukabumi pada tahun 1976.
BACA JUGA: Kisah Pasutri Pengrajin Bilik Bambu di Cicantayan Sukabumi, Bertahan di Tengah Arus Zaman
Sejak 1982, Maman sering mengikuti kontes dan pameran di seluruh Indonesia.
"Dalam setiap pameran saya mengatasnamakan masyarakat Banten, karena yang memodali saya adalah Pemda Banten. Padahal KTP saya dari dulu KTP Kabupaten Sukabumi," ungkap Maman kepada sukabumiupdate.com.
Maman adalah salah satu dosen di Akademi Bambu Nusantara di Serang Banten dan menjadi penggerak di organisasi tersebut.
Setelah malang melintang di dunia bambu, Maman memutuskan untuk membuat brand sendiri di Tahun 2004 dengan nama Tirtaloka.
BACA JUGA: Tembus Pasar Timur Tengah, Kerajinan Bambu Mantan TKI dari Desa Bojong Kabupaten Sukabumi Ingin Jadi
Salah satu yang menjadi kebanggaan Maman adalah pada 2014 dimana produknya berupa dua buah perahu layar bambu terpajang di samping kanan dan kiri Monas. Tepatnya, saat perayaan pelantikan Presiden Jokowi. Ribuan pasang mata bisa menyaksikan produk Maman.
"Karya cipta saya berupa dua perahu layar pernah di pakai sebagai background saat acara perayaan pelantikan Presiden Jokowi di Monas 2014 lalu," ujar Maman.
Selain itu, beberapa miniatur rumah adat juga terpajang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Maman mengaku pernah beberapa kali di wawancara oleh wartawan media cetak dan elektronik nasional.
BACA JUGA: Semangat Pasutri Perajin Gerabah di Cigintung Sukabumi Lawan Gempuran Produk Modern
Selain itu, Maman mengaku pernah mengikuti beberapa even berkelas seperti Java Jazz Festival, Bengawan Solo Festival, Festival Layangan Bali dan even besar lainnya.
Berbagai penghargaan pun sudah ia dapatkan berkat produk berbahan Bambu.
Tapi Karir Maman sebagai seniman bambu tak selamanya mulus. Di akhir tahun 2014, pekerjaan Maman di Banten mengalami penurunan karena persaingan usaha dan anak pertamanya meninggal sehingga harus pulang kampung.
Maman memiliki seorang anak perempuan dan dua anak laki-laki. Adapun yang sudah meninggal adalah anak perempuan. Sedangkan anak ke dua sudah menikah dan hidup terpisah di Jakarta.
BACA JUGA: Kesulitan Pemasaran, Omzet Pengrajin Ukiran Kayu di Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi Menurun
Maman kini tinggal bersama istrinya, anak bungsunya dan seorang cucu perempuan. Anak bungsu Maman, Yuda Guntara (17 tahun) terpaksa putus sekolah karena tak terbiayai.
Satu persatu aset yang dimiliki Maman pun dijual.
Dirumahnya ini, Maman terus membuat sejumlah barang seperti tempat tisu dan tempat air.
Ditengah himpitan ekonomi , semangat maman untuk berkreasi dan tekadnya mempopulerkan seni bambu seakan tak pernah redup.
"Saya berharap generasi muda ada yang mau meneruskan karya saya agar kerajinan bambu ini bisa bertahan di tengah kemajuan zaman," ungkapnya seraya berharap ada perhatian dari pemerintah.