SUKABUMIUPDATE.com - Perajin gula aren di Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, kesulitan mendapatkan bahan baku karena pohon aren yang kini sulit ditemukan. Keadaan ini berdampak pada berkurangnya produktivititas gula merah.
"Sebetulnya akhir-akhir ini gula aren itu sangat susah karena melihat pohon aren sudah jarang. Biasanya saya menghasilkan gula aren perharinya itu 8 sampai 10 biji namun karena sekarang pohon aren susah jadi perharinya hanya mendapatkan 6 biji gula aren," ujar Husen (67 tahun), perajin gula aren di Kampung Ciragil RT 06/03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabpaten Sukabumi.
BACA JUGA: Perajin Gula Aren Asal Sagaranten Bertahan di Tengah Sulitnya Bahan Baku
Menurut Husen, pohon aren berbeda dengan pohon-pohon lainnya. Apabila pohon lain bisa tumbuh dengan sengaja ditanam tapi tidak dengan pohon aren.
"Pohon aren itu juga tumbuh secara alami bukan buatan," ujar Husen.
Dalam memproduksi gula aren, Husen dibantu istrinya, Jaojah (63 tahun). Gula merah berasal dari nira yang merupakan hasil sadapan pohon aren. Nira tersebut diolah menjadi gula aren yang padat dan berwarna cokelat cerah. Gula aren biasanya dibentuk menjadi dua macam, yaitu berbentuk silinder dan berbentuk batok runcing yang dibungkus dengan daun kelapa kering.
BACA JUGA: Melirik Prospek Usaha Produk Gula Semut di Wilayah Selatan Kabupaten Sukabumi
"Pembuatan Gula Aren ini sangatlah mudah hanya bermodal pisau sadap, lodong (alat tradisional penampung air nira dipohon aren) dan juga wajan besar untuk memasak nira tersebut. Cara penyadapan itu juga sangat mudah, hanya saja harus tetap berhati-hati karena pada saat penyadapan itu harus memanjat ke pohon aren yang tinggi," ujar Husen.
Cara penyadapan Gula Aren, kupas bagian jantan bunga aren itu kemudian gantungkan lodong tersebut di pohon aren hingga satu hari. Setelah satu hari, lodong yang berisi air nira itu diambil untuk di masak hingga akhirnya menjadi gula aren.
BACA JUGA: Petani di Ciracap Sukabumi Keluhkan Penurunan Harga Gula Merah
"Dalam proses memasak itu saya dibantu sama istri saya. Saya menyadap nira, istri saya memasak gulanya. Sebetulnya prosesnya agak lama dan harus diaduk-aduk terus dan di lihat karena ketika dibiarkan agak lama aren terlalu tua terlihat dari warnanya jadi hitam. Kalau terlalu tua, aren yang sudah di masak ini ketika dimasukan ke cetakan tidak mengeras," ujar Husen.
Husen berharap kedepannya pohon aren semakin banyak agar dirinya bisa terus melajutkan usahanya ini. Adapun gula aren yang diproduksi Husen dijual dengan harga 15 ribu untuk dua biji. "Untuk pemasaran saat ini kepada warga sekitar dan gula aren ini selalu laku terjual," tukasnya.