SUKABUMIUPDATE.com - Terlalu lama menatap layar perangkat elektronik bisa berakibat buruk pada mata. Mata yang terlalu lama menatap layar perangkat elektronik seperti televisi, laptop dan ponsel bisa menimbulkan gangguan Computer Vision Syndrome.
Dilansir dari Tempo.co, Computer Vision Syndrome mencakup berbagai gejala seperti sakit kepala, nyeri leher dan bahu, mata lelah, dan ketidaknyamanan penglihatan.
"Yang paling ringan adalah mata lelah, atau istilah kedokterannya astenopia," ujar Astrinanda Nadya Suryono, Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat, dalam acara diskusi daring tentang kesehatan mata, Rabu 12 Oktober 2022. Diskusi sekaligus bertepatan dengan Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day yang diperingati setiap 13 Oktober.
Dalam paparannya, Astrinanda menerangkan bahwa astenopia bisa terjadi karena otot-otot pada mata bekerja terlalu keras, terlalu lama melihat layar, sehingga kelelahan. Terlalu lama fokus menatap layar perangkat elektronik, menurut dia, membuat frekuensi mata berkedip menjadi berkurang sehingga mata kering dan gatal.
"Frekuensi mengedip ini perlu untuk merangsang keluarnya air mata untuk membasahi permukaan mata kita, jadi kalau ngedipnya kurang karena kita terlalu fokus matanya jadi kering dan gampang iritasi," tuturnya.
Pada anak-anak, dokter mata yang praktik di Rumah Sakit Pondok Indah itu menambahkan, terlalu lama menatap layar bisa menimbulkan kelainan refraksi yang disebut myopia, peningkatan minus. "Karena mata anak-anak masih berkembang dan bisa bertumbuh lebih panjang dinding bola matanya," katanya sambil menambahkan umum ditemukan anak mengenakan kacamata setelah melalui masa pandemi Covid-19 yang ditandai antara lain oleh pembelajaran online.
Astrinanda mengingatkan perlunya mempelajari aturan melihat layar gawai dengan metode 20-20-20 untuk mencegah gangguan mata akibat terlalu lama menatap layar perangkat elektronik itu. Metode merujuk kepada pengaturan dengan stop melihat dekat 20 menit sekali dan melihat objek 20 kaki atau enam meter selama 20 detik.
Selain itu, Astrinanda mengatakan, anak-anak berusia di bawah dua tahun sebaiknya dibatasi menggunakan gawai. "Patokannya tiga jam, kalau lebih dari tiga jam rentan terjadi dry eye (mata kering), myopia dan astenopia."
Bagi mereka yang harus menatap layar perangkat elektronik dalam waktu lama, ia menyarankan untuk meningkatkan frekuensi mengedip atau menggunakan cairan air mata buatan seperti obat tetes mata jika merasa permukaan mata kurang lembap.
Selain itu, upaya mencegah gangguan mata akibat terlalu lama menatap layar perangkat elektronik bisa dilakukan dengan mengatur tingkat kecerahan layar, seperti meredupkan cahaya layar ketika berada di ruangan yang minim cahaya.
"Jadi jangan terlalu terang, karena saat di lingkungan yang agak gelap itu pupil mata melebar otomatis, mengatur banyaknya cahaya yang masuk," katanya, "Kalau terang banget cahaya yang masuk dan terlalu lama menyebabkan tidak nyaman."
Hari Penglihatan Sedunia
Dokter dari Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo Bandung, Antonia Kartika, mengatakan bahwa Hari Penglihatan Sedunia yang diperingati hari ini merupakan pengingat agar masyarakat mencintai kesehatan mata. Termasuk cara melindungi kesehatan mata dan mempertahankan mata untuk tetap sehat.
Ia menegaskan bahwa indikator mata yang sehat bukan hanya apabila seseorang tidak menderita penyakit mata. Melainkan juga memastikan bahwa fungsi penglihatan dan fungsi-fungsi mata lainnya harus maksimal.
“Fungsi mata tidak hanya untuk melihat tapi juga untuk menggerakkan bola mata ke kanan, kiri, atas, dan bawah. Jadi gerak bola mata harus bagus juga," katanya sambil menambahkan keterkaitannya dengan semua organ-organ dan saraf yang baik.
Ia mengatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan mata saat ini masih belum terlalu baik. Hal tersebut berdasarkan pengalaman Antonia ketika memberikan pelayanan kepada pasien.
Menurut dia, sebagian besar pasien yang datang ke rumah sakit untuk mencari pertolongan dokter mata biasanya karena sudah ada gangguan atau penyakit. “Jadi bukan untuk periksa rutin. Banyak juga keluhannya sudah berat, baru datang ke rumah sakit,” ujarnya.
SUMBER: TEMPO.CO