SUKABUMIUPDATE.com - Stroke merupakan penyakit yang mempengaruhi arteri atau pembuluh darah yang menuju ke otak. Sebuah penelitian terbaru menunjukan jika orang yang sudah terkena serangan jantung dan mengalami depresi memiliki risiko lebih besar terkena stroke.
Merangkum dari health.harvard.edu, sebuah penelitian yang dipresentasikan pada 2 April 2022 di konferensi American College of Cardiology, menganalisis catatan dari lebih 495.000 pasien di seluruh Amerika Serikat yang mengalami serangan jantung antara tahun 2015 dan 2021, sekitar 10,5 persen didiagnosa mengalami depresi setelah serangan jantung.
Satu dari enam pasien sebelumnya telah didiagnosis dengan depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya, sementara yang lain menerima diagnosis depresi hanya setelah serangan jantung.
Para pasien serangan jantung yang mengidap depresi juga memiliki risiko tingkat tekanan darah tinggi, diabetes, gagal jantung, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan penyakit arteri koroner yang lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami depresi.
Selain itu, pasien depresi memiliki indeks massa tubuh rata-rata yang lebih tinggi dan yang memiliki risiko lebih besar adalah perokok.
Namun, para peneliti menemukan hubungan antara depresi dan risiko stroke yang lebih tinggi tetap ada, bahkan setelah mereka menyesuaikan perbandingan untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut.
Temuan penelitian yang dipresentasikan pada konferensi medis harus dianggap sebagai pendahuluan sampai diterbitkan dalam jurnal medis yang ditinjau oleh rekan sejawat.
Namun, penelitian ini dibangun berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya tentang hubungan antara depresi dan stroke setelah serangan jantung.
Para peneliti merekomendasikan agar orang yang memiliki penyakit jantung dan depresi untuk menindaklanjuti secara teratur pada dokter.
SOURCE: HARVARD MEDICAL SCHOOL