SUKABUMIUPDATE.com - Empat organ ekstra mahasiswa di Sukabumi, menyampaikan pandangannya tentang gelaran debat Pilpres 2019 putaran kedua yang diselenggarakan pada, Minggu (17/2/2019) kemarin. Empat organ ekstra mahasiswa tersebut diantaranya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Ketua GMNI Sukabumi, Abdullah Masyhudi, menjelaskan, kedua Calon Presiden (Capres) memang mempunyai visi mengenai infrastruktur ekonomi. Akan tetapi, menurutnya data yang digunakan Prabowo adalah data dari Bank Dunia yang sudah kadaluarsa.
“Karena itu data era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dijadikan bahan evaluasi dan rekomendasi kepada pemerintah Jokowi untuk melakukan perbaikan khsususnya pembiayaan infrastruktur diluar APBN,” ungkapnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (18/2/2019).
Lanjutnya, Visi Prabowo tidak jelas mengenai pembebasan lahan. Masih terjebak data masa lalu yang selalu menimbulkan masalah sosial dalam pembebasan lahan.
“Padahal era sekarang tidak ada sengketa pembebasan lahan dalam setiap pembangunan infrastruktur,” tandasnya.
Sedangkan Ketua PMII Kota Sukabumi, Budiman, memandang debat semalam sangat bervariatif. Saling adu gagasan dan dibarengi dengat fakta-fakta yang konkrit dan relevan. Menurutnya, pihak petahana berbicara data dan fakta yang sudah dikerjakan selama lima tahun walaupun belum cukup menjawab persoalan bangsa selama 5 tahun terakhir.
BACA JUGA: Beragam Tagar Debat Pilpres Mendominasi Trending Topic Twitter
“Karena butuh waktu 20 tahun,” ujarnya.
Lanjutnya, Prabowo pun demikian. Menjawab persoalan bangsa yang beragam, maka butuh seorang pemimpin yang gagah dan pemberani dengan gagasan serta wacana yang dibangun sebatas untuk memberikan keyakinan dan pemahaman bahwa potensi alam Indonesia sangat kaya.
“Maka butuh yang namanya manajemen yang baik jangan sampai potensi alam Indonesia dikuasai dan dikelola oleh asing. Apabila sumber daya alam Indonesia dikelola dengan baik maka persoalan bangsa akan terjawab,” terangnya.
BACA JUGA: Debat Pilpres Jilid Satu Dimata Organ Ekstra Mahasiswa Sukabumi
Selain itu, Ketua KAMMI Sukabumi, Oksa Bachtiar Camsyah, mengatakan kedua capres tidak dapat memenuhi ekspetasi publik tentang bagaimana pendekatan penyelesaian yang konkret dari permasalahan yang di jadikan tema debat tadi malam.
“Kedua Capres tidak dapat memenuhi ekspetasi publik tentang bagaimana pendekatan penyelesaian yang konkret dari permasalahan yang dijadikan tema debat tadi malam,” tuturnya.
"Selain itu, tadi malam Capres 01 mengatakan bahwa hampir tidak ada konflik pembebasan lahan dalam proyek pembangunan infrastruktur, nyatanya ini tidak benar dan patut diduga hanya klaim semata. Karena, menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) dalam catatan akhir tahun 2018, telah terjadi 410 konflik agraria, dan 16 konflik atau 4 persennya disumbangkan oleh sektor infrastruktur. Salah satu contohnya adalah pada tahun 2017 terjadi konflik pembebasan lahan dalam proyek pembangunan New Yogyakarta International Airport di Kabupaten Kulon Progo, DIY," tambah Oksa.
Sementara itu, Ketua HMI Sukabumi, Dede Irpan Apriandi, memaparkan, debat capres yang berlangsung semalam sudah mulai masuk ke wilayah person to person, bukan lagi gagasan utuh yangmuncul untuk meyakinkan masyarakat atas visi misi kandidat.
“Ini dikhawatirkan berimplikasi pada meruncingnya perpecahan bangsa. Karena secara otomatis, menjadi bahan perbincangan lezat bagi kelompok nyinyir dari kedua kubu paslon. Kubu A menyudutkan kubu B atau mungkin sebaliknya,” pungkasnya.