SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah lembaga pendidikan islam tingkat dasar di Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, terpaksa membatalkan rencana pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara tatap muka atau luring (luar jaringan).
Komite Sekolah lembaga pendidikan tersebut, Sulaeman Daroni, mengatakan, semula pihak sekolah akan menggelar belajar tatap muka namun rencana tersebut dibatalkan, menyusul adanya satu keluarga di desa tersebut yang menjalani karantina.
BACA JUGA: Update 13/8: 23 Warga Kabupaten Sukabumi Dikarantina, Kontak Erat Pasien Covid-19
Karantina terhadap satu keluarga di Desa Nagrak itu dilakukan setelah salah seorang dari anggota keluarganya terpapar virus Corona.
Sulaeman mengatakan, yang terpapar virus Corona itu merupakan seorang karyawan rumah sakit dan tinggal di Nyomplong Kota Sukabumi. Tetapi istrinya warga Desa Nagrak dan kerap kali pulang pergi ke Desa Nagrak untuk menemui keluarganya.
BACA JUGA: Update 9/8/2020: Dua Pasien Positif Covid-19 Kabupaten Sukabumi Diisolasi, Satu Karantina
"Masalah yang terpapar Covid, itu betul adanya. Tapi, orang yang terpaparnya itu adalah salah satu karyawan rumah sakit. Tinggalnya tidak di sini, tapi di Nyomplong. Hanya, istrinya orang sini. Istrinya itu sering bolak balik ke daerah sini," kata Sulaeman kepada sukabumiupdate.com, Selasa (18/8/2020).
Saat ini kata Sulaeman, keluarga dari perempuan yang suaminya terpapar Covid-19 itu sudah menjalani karantina. "Alhamdulillah oleh pihak pemerintah desa semua sudah ditangani. Masyarakat juga sangat mendukung. Keluarga istri dari yang terpapar Covid-19 itu sudah dikarantina dari sejak ketahuan," ujar Sulaeman.
Menurut Sulaeman, Pemdes juga sudah membantu dengan memberikan bantuan sembako selama 14 hari.
"Kemudian masyarakat dan RT/RW juga sangat mendukung untuk pelaksanaan karantina keluarga itu. Itu informasi dari kepala sekolah, karena memang rencananya akan dilakukan luring di daerah itu. Tetapi, untuk mengantisipasi dari berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan, pihak sekolah lebih baik mengantisipasi daripada ada anak-anak yang terpapar," beber Sulaeman.
BACA JUGA: Sering Dianggap Sama, Ini Beda Karantina dan Isolasi
Dihubungi terpisah, Kepala Desa Nagrak Lela Nurlaela, membenarkan informasi tersebut. Lela menyebut, warga yang dinyatakan reaktif tersebut merupakan warga yang berdomisili di Kelurahan Nyomplong Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. "Domisili Nyomplong, cuma keluarganya di Desa Nagrak," kata Lela.
Namun Lela menyebutkan, suami dari perempuan itu statusnya masih reaktif. "Yang kami tahu informasinya itu hasil rapid test, dari pihak kami menyarankan isolasi mandiri. Untuk informasi selanjutnya kami masih menunggu dari pihak kabupaten," tambah Lela.
Sedangkan keluarga dari perempuan yang tinggal di Desa Nagrak sudah menjalani rapid test dan menunggu hasilnya. "Menindaklanjuti hal itu kami Pemdes dan Puskesmas sudah menganjurkan isolasi mandiri kepada keluarga tersebut. Dan pada hari kemarin semua keluarga tersebut telah di rapid test oleh pihak Puskesmas dan kita masih nunggu hasilnya," tutur Lela.