SUKABUMIUPDATE.com - Pihak PT Cicatih Putra Sukabumi menegaskan tidak ada mata air di lokasi pertambangan miliknya di Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi.
"Kalau yang di tambang itu tidak ada gua dan juga tidak ada mata air, kalau yang ada mata air itu di dekat wisata Karangpara dan di embung Jaringaok, letaknya kurang lebih 1 kilometer dari lokasi peledakan tambang, dan posisinya terhalang 1 bukit," jelas Pimpinan PT Cicatih Putra Sukabumi, Rukmalan Somantri, kepada sukabumiupdate.com, Senin (1/7/2019).
BACA JUGA: DPESDM dan DLH Cek Tambang di Dekat Karangpara yang Disebut Ancam Mata Air
Rukmalan menegaskan, pihaknya telah memenuhi semua perizinan dalam proyek tambang batu gamping tersebut. Perizinan itu juga termasuk dengan penggunaan bahan peledak dalam aktivitas penambangan.
"Tidak ada aturan yang kami langgar, dan izin tambang ini dikeluarkan oleh DPESDM Provinsi Jawa Barat. Bahkan untuk penggunaan bahan peledak pun telah mendapat izin dari Mabes Polri dan Polda Jawa Barat," imbuh Rukmalan.
Untuk aktivitas ledakan di lokasi tambang, pihak PT Cicatih Putra Sukabumi, telah terlebih dulu menyampaikan sosialisasi kepada warga di Kampung Cipeundeuy, Kampung Jaringaok, dan Kampung Padaraang.
BACA JUGA: Ramai Tagar #ripKarangNumpang, Warga Dengar Ledakan
"Sosialisasi terakhir itu kami lakukan pada bulan Ramadan. Bahkan, pada saat peledakan pun pihak kepolisian, TNI, dan Kecamatan ikut menyaksikan," jelasnya.
Rukmalan mengatakan, untuk Karangnumpang itu merupakan milik PT Mineral Bumi Harmoni (MBH) sehingga sampai saat ini masih dipersilahkan untuk dikunjungi karena belum ada pembangunan proyek dan selama tidak mengganggu aktivitas pertambangan PT Cicatih Putra Sukabumi.
BACA JUGA: Stop Peledakan Gunung Guha Sukabumi, Warga Tiga Kecamatan Datangi PT TSS
"Soal ditutup atau tidaknya Karangnumpang belum dibicarakan dengan pihak PT MBH," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Teknik Tambang PT Cicatih Putra Sukabumi, Hendi, menjelaskan, bahan peledak digunakan untuk mengupas dan membentuk front tambang.
"Kita melakukan periode ledakan itu satu kali dalam seminggu, dengan bahan peledaknya itu dari dinamit, dan jeda ledakan itu cepat, tidak sampai lima menit sehingga dalam satu jam pun sudah selesai semua, karena dalam satu periode ledakan (satu hari, red) itu hanya 5-9 kali ledakan," jelas Hendi.