SUKABUMIUPDATE.com - Mahasiswa pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) memperingati hari pangan sedunia 2018 dengan membagikan makanan diantaranya ubi rebus, pisang rebus dan jagung rebus kepada pengguna jalan yang melintas di jalan Syamsudin. SH, Cikole, Kota Sukabumi, tepatnya di depan kampus UMMI, Selasa (16/10/2018).
Panganan tradisional yang dibagikan makanan diantaranya ubi rebus, pisang rebus dan jagung rebus.
Koordinator Aksi Rajib Rivaldi mengatakan, kegiatan tersebut sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap pangan lokal dan masa depan pertanian di Sukabumi. Menurut dia hidup dan matinya negara itu adalah tergantung terhadap pangan. Namun saat ini mulai banyak petani yang beralih profesi termasuk lahan yang mulai berubah menjadi industri besar.
BACA JUGA: Hasil Panen Naik 42 Persen, Petani di Sukabumi Optimis Swasembada Pangan Tercapai
"Dari data sensus Kabupaten Sukabumi dari tahun 2003 – 2013 terjadi kehilangan sebanyak 63.026 rumah tangga petani," ujarnya kepada sukabumiupdate.com.
Menurutnya, penurunan tersebut menjadi sebuah dilema ditengah bertambahnya penduduk. Pasalnya pertumbuhan penduduk naik maka kebutuhan panganpun meningkat.
"Jika setiap tahunnya rumah tangga petani terus hilang. Maka kebutuhan pangan hilang dan ini yang menjadikan problematika terhadap pertanian serta kebutuhan hal layak," paparnya.
BACA JUGA: Penetapan Teknologi Nutrisi Esensial FKDB Bursa Tani, Panen Petani di Sukabumi Memuaskan
Ia menilai, langkah pemerintah yang selama ini dilaksanakan tidak berdampak terhadap petani dan pertanian. Hal itu terlihat dari tingginya import berbagai produk hasil pertanian seperti buah-buahan dan sayur mayur. Sedangkan dalam hal ini, program untuk memecah masalah pertanian masih saja sebatas simbol politis.
Rajib menegaskan, kepada pemerintah agar menuntaskan reforma agraria yang saat ini hanya sekadar wacana. Termasuk memperkuat pangan lokal dan memperkenalkannya kepada masyarakat, selain itu minta pemerintah merancang kedaulatan pangan, bukan hanya ketahanan pangan.
"Hal itu, termasuk melindungi petani dari intimidasi yang membuat mereka enggan untuk bertani," tandasnya.