SUKABUMIUPDATE.com - Mengenal sosok Mohammad Natsir, Research and Literacy Institute (RLI) bersama Yayasan Islam Penguji menggelar kegiatan diskusi dan bedah buku 'Biografi Mohammad Natsir' karya Lukman Hakiem, Sabtu (16/11/2019). Kegiatan yang berlangsung di Ruang Plaza Dakwah Yayasan Islam Penguji ini sebagai bagian dari peringatan Hari Pahlawan.
Kegiatan tersebut merupakan diskusi publik bulanan yang selalu diadakan oleh RLI dengan tujuan untuk menghidupkan literasi di Sukabumi dan mengenang perjuangan pahlawan Mohammad Natsir.
BACA JUGA: Klinik Penulisan dan Bedah Buku, Tingkatkan Gairah Berkarya Akademisi Sukabumi
Ketua Yayasan Islam Penguji, H Rifai menyatakan, antusias masyarakat dengan kegiatan ini begitu tinggi terbukti dengan banyaknya tamu yang hadir diantaranya dari pelajar, guru dan dosen.
"Acara ini bertujuan supaya sejarah yang pernah diperjuangkan dulu oleh para pahlawan tidak putus begitu saja, karena kemerdekaan yang kita rasakan saat ini patut disyukuri dan dipertahankan semangatnya," ujar Rifai kepada sukabumiupdate.com.
BACA JUGA: Mengenal Kasarah Penulis Buku Sejuta Cinta dan Nikah Dulu Baru Cinta Asal Ciracap Sukabumi
Penulis dari buku 'BiografiMohammad Natsir', Lukmam Hakiem hadir langsung sebagai narasumber dalam diskusi tersebut. Selain Lukman, ada pula anggota DPR RI periode 2014-2019 Reni Marlinawati, Direktur RLI Mulyawan SN, serta dimoderatori oleh Tetty Sufianty Zafar.
"Diskusi bedah buku ini harus sering dilakukan sebagai upaya membiasakan budaya literasi, apalagi perkembangan teknologi semakin canggih, budaya membaca harus semakin ditingkatkan, agar kita sebagai manusia tidak menjadi budak teknologi karena pengetahuan kita semakin luas," jelas Direktur RLI Mulyawan SN.
BACA JUGA: Bupati Sukabumi Apresiasi Mantan Sekda Bikin Buku Soal Korupsi
Diskusi semakin menarik ketika memasuki sesi tanya jawab. Setelah pemaparan oleh pembicara, diberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau menyampaikan pendapat. Peserta nampak antusias dalam bertanya dan mengulik tentang Biografi Muhammad Natsir kepada para narasumber.
Diakhir acara, Reni Marlinawati memberikan hadiah buku 'Biografi Muhammad Natsir' secara gratis untuk dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir.
"Semoga budaya literasi menjadi hal yang tertanam dan menjadi karakter," pungkas Reni.
Dikutip dari id.wikipedia.org, Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatra Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah seorang ulama, politisi, dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan Perdana Menteri Indonesia, sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.
Natsir lahir dan dibesarkan di Solok, sebelum akhirnya pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di perguruan tinggi. Ia terjun ke dunia politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik berideologi Islam. Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena berselisih paham dengan Presiden Soekarno, ia semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan Islam di Indonesia hingga membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno. Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpin Soeharto hingga membuatnya dicekal.
Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam. Selama hidupnya, ia dianugerahi tiga gelar doktor honoris causa, satu dari Lebanon dan dua dari Malaysia. Pada tanggal 10 November 2008, Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Natsir dikenal sebagai menteri yang "tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."