SUKABUMIUPDATE.com - Facebook Inc baru saja membentuk Pusat Operasi Khusus 24-7 untuk memfilter setiap konten yang berhubungan dengan konflik Israel-Palestina.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Facebook mengatakan, Pusat Operasi Khusus ini memungkinkan pihaknya memantau situasi dengan cermat, sehingga dapat menghapus konten yang melanggar standar komunitas lebih tepat, serta diharapkan dapat mengurangi kemungkinan kesalahan dalam penegakan hukuman atau pelanggaran terhadap akun-akun tertentu yang diindikasi melakukan pelanggaran.
Berbagai Informasi sesat, ujaran kebencian dan seruan tindakan kekerasan beredar di platform media sosial salah satunya Facebook, di tengah pertempuran di Timur Tengah yang sedang terjadi saat ini.
Juru bicara Facebook Andy Stone mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya rekonsiliasi melalui Kepala Urusan Global Nick Clegg dan eksekutif Facebook lainnya.
Mereka berbicara kepada PM Palestina Mohammad Shtayyeh dan juga Menhan Israel Benny Gantz melalui Zoom, sebagai upaya pencegahan penekanan penyebaran konten ekstrim di platform Facebook, WhatsApp dan Instagram.
Baca Juga :
The New York Times melaporkan, ada sejumlah ekstrimis Yahudi telah membentuk kelompok baru di WhatsApp dengan tujuan ujaran kebencian dan ajakan melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.
"Sebagai layanan perpesanan pribadi, kami tidak memiliki akses ke konten obrolan pribadi orang-orang meskipun ketika informasi tersebut dilaporkan. Ada proses yang harus dilalui, kami hanya akan mengambil tindakan memblokir akun yang kami yakini terlibat dan menyebabkan kekacauan jika rekomendasi tersebut datang dari aparat penegak hukum," kata juru bicara WhatsApp.
Berbagai media melaporkan adanya distorsi informasi dan kekacauan penegakan pelanggaran di berbagai platform media sosial ketika konflik Israel dan Palestina terjadi.
Pekan lalu, BuzzFeed melaporkan bahwa Instagram secara keliru telah menghapus konten tentang Masjid Al Aqsa di Yerusalem, padahal saat itu tengah terjadi peristiwa polisi Israel memukuli sejumlah jamaah warga Palestina.
Thomson Reuters Foundation juga melaporkan, Instagram dan Twitter keliru telah menghapus konten atau postingan mereka yang menyebutkan, adanya penggusuran warga Palestina dari Yerusalem Timur oleh pihak Israel.
Baca Juga :
Pihak Facebook mengatakan, sebagai upaya agar berbagai keluhan serupa tidak terjadi lagi, Pusat Operasi Khusus Facebook telah dikelola oleh para ahli, termasuk di dalamnya ada sejumlah penutur Bahasa Arab dan Ibrani.
Sebelumnya, Facebook sempat dikritik karena kurangnya keahlian bahasa lokal dan tidak memiliki sumber daya yang mengetahui tentang situasi nyata di negara lain.