SUKABUMIUPDATE.com - Masih ingat peristiwa penemuan bangkai cumi-cumi raksasa yang memiliki panjang 2,2 meter pada tanggal 20 April 2022 lalu, Long Beach, Kommetjie, Afrika Selatan?
“Ini adalah hal yang luar biasa untuk disaksikan,” kata Alison Paulus, founder organisasi konservasi satwa liar Volunteer and Explore, dikutip dari Live Science oleh tempo.co, Rabu 11 Mei 2022.
Sebelumnya, pada Juni 2019, cumi-cumi raksasa juga pernah terekam melalui kamera dalam ekspedisi Journey Into Midnight di kedalaman 759 meter dan memiliki panjang sekitar 10 hingga 12 kaki.
Ternyata cumi-cami raksaksa tersebut sudah ada sejak zaman yunani kuno lho. Penasaran bagaimana legenda tentang cumi-cumi tersebut? Yuk simak dibawah ini.
Legenda Sang Kraken, Cumi-cumi Raksasa
Cumi-cumi raksasa menjadi salah satu hewan laut yang penuh misteri. Selain itu, hewan raksasa ini juga banyak dilingkupi oleh cerita legenda yang berkembang sejak zaman Yunani hingga Romawi Kuno.
Dalam buku Monsters of The Sea, disebutkan bahwa Filsuf Yunani Kuno Aristoteles menyebut cumi-cumi raksasa adalah sebuah hewan laut yang berbentuk panjang dan lebih besar daripada teuthis.
Sedangkan, seorang Romawi Kuno bernama pliny the Elder, menyatakan bahwa cumi-cumi raksasa adalah jenis cumi-cumi yang memiliki panjang lebih dari 9 meter dan memiliki berat lebih dari 300 kilogram.
Selain itu, penggambaran cumi-cumi raksasa juga menginspirasi bangsa Nordik. Bangsa Nordik menyebut cumi-cumi raksasa dengan nama Kraken.
Dalam budaya Nordik, Kraken digambarkan sebagai raksasa dan dalam berbagai cerita dipakai sebagai salah satu bentuk perwujudan dari sebuah monster.
Di samping itu, banyak karya sastra, film, hingga game yang mengadopsi kraken atau cumi-cumi raksasa sebagai salah satu tokoh atau karakter dalam sebuah cerita, misalnya 20.000 Leagues Under the Sea, Pirates of the Caribbean, hingga World of Warcraft.
Dengan ditemukan bangkai cumi-cumi raksasa, cerita mengenai cumi-cumi ini bukanlah hanya sebuah legenda saja. Namun, cumi-cumi ini pernah hidup dan menjadi penjaga laut di masa itu.
SOURCE: TEMPO.CO | EIBEN HEIZIER