SUKABUMIUPDATE.com - Bicara potensi wisata alam di Sukabumi selatan yang masuk kawasan UGG (Unesco Global Geopark) Ciletuh Palabuhanratu memang tak ada habisnya. Salah satunya Lawang Cukcrukan di Kampung Cipondok Desa Waluran, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Menelusuri Wisata Tanah Lot Muara Cikarang Ciracap Sukabumi
Tidak repot menemukan spot ini, akses jalan terbilang mulus sekitar satu kilometer dari jalan provinsi, dan sedikit tantangan melintasi pematang sawah sekitar 150 meter. "Lawang Cukcrukan bagian dari Taman Batu Waluran, merupakan fenomena bebatuan besar purba, berusia 25 - 30 juta tahun silam, akses wisata ini dibuka pertama kali tahun 2017," ujar salah satu pegiat wisata Kecamatan Waluran Cahya Sukendar Palapah, kepada sukabumiupdate.com, Jumat (5/7/2019).
BACA JUGA: Panorama Cikondang Cimanggu Sukabumi Banjir Wisatawan, Ada Apa Disana?
Menurut Cahya, nama Lawang Cukcrukan sendiri berasal dari perkembangan bahasa sunda, Nyukcruk atau mapay yang artinya Mmenjajaki. “Jadi legendanya ini tempat menjajaki kisah tentang Centring Manik (Nyai Belanda), yang konon menolak untuk dijodohkan dan bersembunyi di lokasi ini (Lawang Cukcrukan)," paparnya.
Kesegaran air terjun lawing Cukcrukan yang penuh cerita romantisme noni Belanda. | Sumber Foto: Ragil Gilang
Selain terdapat bebatuan purba yang besar, lanjut Cahya, terdapat dua curug (air terjun eksotis dari aliran Sungai Cikarang. Ada Curug Cukcrukan dan Curug Cinta, ditambah tradisi yang terjaga dari warga Kampung Cipondok , Kampung Gondang, yang memiliki hamparan sawah pundan berundang dengan luas ratusan hektar.
Pengunjung bisa menikmati keindahan batu purba, kesejukan air terjun hingga keindahan hamparan sawah dalam sekali kunjungan. "Memang belum dikelolah secara maksimal,” pungkas Cahya.
BACA JUGA: Hikayat Leuwi Roke, Sumber Air Bertuah dari Pajampangan Sukabumi
Upaya untuk dengan cepat menghidupkan dan menata Lawang Cukcrukan bukan tidak dilakukan. Kepala Desa Waluran Dudi Rusdiaman, bercerita bahwa para penggerak wisata baik di desa dan kecamatan, bersama warga sekitar, terus berupaya menghidupkan lokasi wisata ini. “Penataan butuh waktu dan dana, akan terus kita upayakan,” jelas Dudi.