SUKABUMIUPDATE.com - Hamid (48 tahun) seorang pria tunanetra asal Kampung Cikaracak, Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, sudah menjadi pengepul batu selama hampir 16 tahun.
Hampir setiap hari, bapak satu anak ini menempuh jalur terjal untuk mengakses lokasi pengambilan batu, yang dekat dengan sungai. Sungai yang menjadi sumber batunya berada di lembah sekitar 100 meter di tempat biasa Hamid mangkal.
BACA JUGA: Entut, Wanita Asal Cibadak Ngamen Demi Hidupi Keluarga dan Sekolahkan Cucu Kesayangan
Di bahu jalan penghubung antara Kecamatan Kalapanunggal dan Kecamatan Kabandungan tepatnya sebelum perbatasan, terdapat saung yang berukuran 2 meter x 50 sentimeter, dimana di depannya berserakan batu. Disitulah Hamid mangkal.
Tak pernah terbesit dalam benaknya kata menyerah. Hamid memulai aktivitas di bahu jalan itu pukul 08.00 WIB hingga kembali pukul 16.00 WIB. Dengan kekurangan yang diterima sejak lahir, Hamid perlahan-lahan melewati jalan setapak dengan memikul beban berat dari sekarung batu yang dikumpulkannya.
BACA JUGA: Atlet Muda Berprestasi Sukabumi Lumpuh Sejak Tahun 2014, Begini Kondisi Hari Sekarang
Batu-batu dari sungai itu harus dibuat berukuran terlebih dahulu supaya bisa dijual. Caranya digetok menggunakan palu. Tak merasa kesulitan ketika Hamid melakukan hal itu, karena dibantu alat yang didesain sedemikian rupa sehingga ia memukul batu tak bergerak kemana-mana.
Hamid mengaku sering diajak untuk mengemis di kota oleh temannya. Namun Ia menolak, karena merasa malu dan tidak terbiasa meminta-minta. "Pernah diajak ngemis sama temen, tapi saya tolak malu soalnya," ujar Hamid saat diwawancarai sukabumiupdate.com, Selasa (13/8/2019) siang, di bahu jalan.
BACA JUGA: Kisah Pilu Suanti, Gadis Lumpuh Asal Ciracap Kini Kehilangan Ibunya
Kadang dalam sehari, Hamid tak dapat menjual batu yang dijajakannya itu, mengingat batu bukan kebutuhan utama. Namun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, selalu ada saja orang yang mengahampiri dan memberi uang kepadanya.
"Enggak tentu kalau dari penghasilan batu ini. Saya tidak pernah minta, mereka saja yang berwelas asih kepada saya. Kalau saja tidak ada yang ngasih, saya bisa kelaparan," lirih Hamid.