SUKABUMIUPDATE.com - Wisata alam Leuwi Kokok yang berada di Blok Hutan Cikuda, Kampung Simpangdago, Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi menyimpan segudang cerita. Ada sebuah asal-usul mengapa destinasi wisata yang baru dibuka tersebut diberi nama Leuwi Kokok.
BACA JUGA: Hikayat Leuwi Roke, Sumber Air Bertuah dari Pajampangan Sukabumi
"Menurut cerita orangtua dulu, mungkin zaman kakek saya dulu, leuwi dari aliran Sungai Cikaso tersebut dinamakan Leuwi Kokok karena adanya suara lubang (ikan sidat, red) berukuran besar dari balik batu besar. Bunyinya, kok.. kok..kok..," kata salah seorang warga setempat, Iis Ismawati (60 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Selasa (6/8/2019).
Lanjut Iis, bunyi sidat tersebut kerap terdengar siang dan malam, pertanda ikan tersebut sedang kelaparan. Suatu ketika, sidat keluar dari balik batu untuk mencari makan sampai naik ke hutan jati. Sejurus kemudian, sidat raksasa itu mencium ada wewangian lalu menuju sawung huma, tempat warga bercocok tanam huma.
BACA JUGA: Curug Dogdog Ciemas, Sukabumi dan Mitos Larangan Mandi Bagi Pengantin Baru
"Si lubang (sidat) besar itu sampailah di sawung, ternyata disana ada bayi yang berusia beberapa bulan sedang tidur di ayunan dari kain. Saking besarnya ikan lubang tersebut, bayi yang tidur pun langsung ditelan. Saat ibunya pulang, bayi sudah tidak ada di ayunan. Ibunya melihat ada banyak lendir di sekitar sawung, dan terus mengikuti lendir sampai akhirnya dia melihat lubang besar, turun ke sungai dan masuk ke dalam batu besar, sampai ibunya pingsan dan meninggal di pinggir sungai," lanjut Iis.
Iis yang setiap hari berjualan makanan dan minuman ringan mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB di sekitar Leuwi Kokok kemudian melanjutkan ceritanya. Ia berkisah, ikan lubang tersebut sempat diburu dengan berbagai cara namun tak berhasil.
BACA JUGA: Caringin Kurung Jampang Kulon Sukabumi, Tempat Favorit Para Caleg
"Sampai suatu ketika, terjadi hujan deras disertai petir, dan batu besar yang didalamnya sembunyi ikan lubang, disambar petir. Batu besar yang berbentuk seperti payung jadi pecah. Di atas air sungai muncul warna merah seperti darah campur lendir dan bau amis. Itu cerita turun-temurun kenapa sampai saat ini disebut Leuwi Kokok," ujarnya menutup cerita.
"Disini memang banyak batu batu yang berlubang, ada juga goa-goa yang dihuni kelelawar. Begitupun dengan ikannya masih banyak. Selain Leuwi Kokok, disini juga ada tempat wisata lain seperti Leuwi Panganten dan Leuwi Lukut," pungkas Iis.