SUKABUMIUPDATE.com - Kalangan guru honorer di wilayah Pajampangan Kabupaten Sukabumi menjuluki Calon Bupati nomor urut 1 Adjo Sardjono dengan julukan The Godfather of Honorer.
Julukan ini muncul saat Adjo Sardjono diundang bersilaturahmi oleh sejumlah tokoh Pajampangan dan para guru honorer di salah satu lembaga pendidikan di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (17/10/2020).
BACA JUGA: Adjo: Ayam Pelung Sukabumi Tak Kalah Unggul dari Cianjur
Gelar The Godfather of Honorer yang disematkan dari para guru honorer untuk Adjo Sardjono tersebut bukan tanpa dalih kuat atau prinsip asal bapak bahagia. Namun, penyematan julukan itu merupakan bentuk apresiasi para honorer terhadap perhatian, pengakuan, penghargaan dan perjuangan Adjo Sardjono terhadap keberadaan para tenaga honorer di Kabupaten Sukabumi.
Seperti halnya di tempat lain, dalam kesempatan itu Adjo Sardjono selalu terbuka untuk berdialog dengan para tokoh Pajampangan. Hampir semua persoalan dikupas termasuk masalah keberadaan tenaga honorer.
BACA JUGA: Warga Terdampak Double Track di Cibadak Ngeluh ke Adjo
"Janji menaikkan kesejahteraan honorer sama dengan UMR, diangkat otomatis untuk honorer katagori dua, sampai saat ini tidak ada realisasi. Belum lagi yang sudah lulus P3K tapi belum diangkat jadi ASN dengan dibebankan ke daerah,"demikian dikeluhkan Mira Megawati (43 tahun), guru tenaga honorer SDN Situhiyang 2 Jampang Kulon ke Adjo Sardjono.
Dengan senyum lepas dibarengi roman bersahabat, Adjo Sardjono menjawab pertanyaan cukup menohok dari Mira Megawati tersebut. Menurut Adjo Sardjono, sejak resmi dilantik jadi wakil bupati, semua keluhan warga yang sampai kepada dirinya sudah disampaikan langsung kepada bupati.
BACA JUGA: Bertemu Buruh, Adjo Sardjono Pegang Tiga Komitmen untuk Pekerja Sukabumi
"Saya punya atasan, maka sesuai undang-undang, posisi saya tugas fungsi pokoknya hanya sebagai pembantu bupati. Jadi wakil bupati tidak memiliki kebijakan seperti halnya bupati. Tetapi setiap keluhan usulan apapun selalu saya tampung untuk selanjutnya saya sampaikan ke atasan saya. Soal didengar atau tidak, ya itu gimana kebijakan atasan saja," bebernya.
Menurutnya lagi, dengan posisinya yang hanya sebagai pembantu bupati, maka setiap keluhan yang diterimanya tidak bisa langsung ditanggapi di lapangan sesuai harapan."Saya tidak terbiasa dan tidak mau membiasakan parasea (bertengkar). Saya hanya akan membiasakan berpikir, bekerja dan berbuat untuk kemaslahatan masyarakat saja sesuai tupoksinya,"terangnya.
BACA JUGA: Puluhan Advokat Unggul Siap Amankan Suara Adjo-Iman di Pilkada Sukabumi
Dalam pandangan Adjo Sardjono, kendati anggaran keuangan pemda terbatas ditambah aturan dari pemerintah pusat akan tenaga honorer. Namun baginya honorer bukan beban negara, melainkan pahlawan. Pahlawan tanpa jasa yang harus dihargai keberadaannya terutama oleh pemda.
Harapan Mira dan rekan-rekan sesama honorer ke Adjo Sardjono bila ditakdirkan diberi amanah oleh warga Kabupaten Sukabumi di Pilkada 9 Desember 2020 nanti, Adjo Sardjono setidaknya bisa memperjuangkan peningkatan kesejahteraan insentif guru honorer yang awalnya hanya Rp 100 ribu perbulan menjadi idealnya minimal Rp 500 ribu.
"Teman-teman guru honorer di daerah utara Sukabumi juga banyak yang ngomong kalau Pak Adjo Sardjono orangnya aspiratif komunikatif terhadap para honorer. Dengan organisasi perkumpulan honorer juga dekat. Kalau ada unjuk rasa menyampaikan aspirasi pak Adjo selalu menanggapi bahkan hadir langsung,"tutur guru honor yang sudah 14 tahun mengabdi ini.