SUKABUMIUPDATE.com - Harga bawang putih mengalami lonjakan di pasar tradisional di Sukabumi karena pasokan yang menipis sejak dua pekan terakhir.
Melonjaknya harga bawang putih ini mengingatkan kepada lokasi penanaman bawang putih di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, yang pada tahun 2018 lalu dirancang sebagai sentra produksi bawang putih. Senin (10/2/2020), sukabumiupdate.com mendatangi lokasi tersebut.
BACA JUGA: Kabupaten Sukabumi Ditargetkan Jadi Sentra Bawang Putih
Pengelola Kawasan Wisata Agro Sukabumi Utara, Acep Sholahudin (62 tahun) mengatakan, pada tahun 2018 itu, petani di Desa Perbawati dibimbing oleh para ahli dari Agribusiness Development Station Institut Pertanian Bogor (ADS IPB) untuk menanam bawang putih di lahan seluas 30 hektare.
Lahan 30 hektare itu tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Sukabumi, Kadudampit dan Sukaraja. Khusus untuk Kecamatan Kadudampit ada dua titik lokasi penanaman, di Desa Undrus Binangun dan Desa Gede Pangrango. Selain oleh Agribusiness Development Station Institut Pertanian Bogor (ADS IPB), program ini dibantu perusahaan importir PT Hidup Sukses Bersama (HBS).
Program penanaman bawang putih itu dilakukan untuk memenuhi kuota impor. Dimana saat itu, para importir berkewajiban menanam dalam negeri sebesar lima persen.
BACA JUGA: Bawang Putih di Surade Sukabumi Langka, Harga Rp 80 Ribu Per Kilogram
"Kesesuaian lahan dan realisasi penanaman dipantau langsung oleh Kementerian Pertanian melalui Kasubdit Bawang Putih. Tiap lokasi penanaman diukur melalui GPS, salah satunya di Desa Perbawati ini," ucap Acep kepada sukabumiupdate.com.
Acep mengungkapkan, di Desa Perbawati bawang putih tersebut ditanam di lahan seluas 10 Hektare. Menurut Acep, bawang putih yang ditanam di Desa Perbawati, memiliki postur pohon yang sangat baik. Akan tetapi, untuk umbi bawang putihnya tidak sesuai dengan harapan. Acep menyebut, bawang putih itu yang digunakan adalah umbinya itu.
BACA JUGA: Update Harga Sembako di PSM Palabuhanratu Sukabumi, Bawang Putih Rp 65 Ribu Per Kilogram
Dalam pelaksanaan program ini, ada hal yang tak sinkron antara petani di Desa Perbawati dengan para ahli dari IPB yang membimbing petani. Diantaranya soal metode penanaman.
"Di lapangan petani dipandu oleh dua insinyur yang ahli di bidang bawang putih dari IPB karena petani di sini belum terbiasa menanam bawang putih. Timbul ketidaksinkronan di lapangan, dimana petani menginginkan penggunaan mulsa (plastik pelindung) untuk bedengan, sedangkan insinyur dari IPB menyebut plastik itu akan menimbulkan udara panas sehingga kurang setuju. Karena menurut mereka (ahli dari IPB), bawang putih itu inginnya di udara dingin," jelas Acep.
BACA JUGA: Dampak Virus Corona di Pasar Sukabumi, Harga Bawang Putih Naik 100 Persen
Secara ketinggian secara MDPL, kata Acep, titik penanaman bawang putih di Kecamatan Sukabumi, Kadudampit dan Sukaraja sudah memenuhi syarat. Sehingga untuk persyaratan teknis sudah memenuhi, hanya saja tekstur tanah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi ini harus ada penyesuaian karena lembab.
Dari program tersebut, hanya satu kali panen bawang putih di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi. Saat itu bawang yang dihasilkan dalam satu hektar sekitar 1 hingga 1,5 ton. Program itu pun tak berlanjut.
"Karena kontraproduktif antara kebiasaan petani dengan keinginan (metode pertanian) teknis dari insinyur, jadi anggaplah gagal. Panennya tidak sesuai harapan. Saat itu, kita panen sekitar 1 hingga 1,5 ton per satu hektare," tukasnya.