SUKABUMIUPDATE.com - Potensi alam Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi bukan hanya terletak di wisata alamnya saja. Di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas, bentangan lahan subur menjadi andalan warga untuk bertani dan berkebun.
Salah satu tanaman yang kini kembali digandrungi adalah Temulawak atau orang Sunda biasa menyebutnya Koneng. Temulawak biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat obat atau jamu.
BACA JUGA: Beri Solusi Gagal Panen Akibat Kekeringan, Distan Sukabumi Ingatkan Asuransi UTP
Hermi Ratnawati (56 tahun) warga Kampung Jalancagak RT 06/01 Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas adalah salah satu orang yang bisa memanfaatkan Temulawak menjadi rupiah. Hermi mengaku sudah 10 tahun memasok Temulawak ke beberapa pabrik sebagai bahan pembuatan obat atau jamu.
"Temulawak kami beli dari petani lokal, Biasanya dijual dua jenis, ada Bandul dan Rempang. Kondisinya masih basah, baru dipanen dari kebun. Tapi ada juga yang sudah diiris dalam keadaan kering," kata Hermi kepada sukabumiupdate.com, Kamis (4/7/2019).
Petani dan pengepul saat sedang melakukan transaksi setelah panen Temulawak di Kampung Jalancagak, Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. | Sumber Foto: Ragil Gilang
Masih kata Hermi, Temulawak Bandul biasanya berukuran besar dan termasuk jenis super. Harga yang masih basah berkisar Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per kilogram. Sedangkan Temulawak Rempang atau Solor biasanya berukuran kecil dan dijual seharga Rp 500 hingga Rp 600 per kilogram untuk yang masih basah.
"Kalau harga yang sudah kering itu berbeda. Temulawak Bandul kering harganya Rp 4.000 per kilogram, sedangkan Temulawak Rempang Rp 3.000 per kilogram," jelasnya.
BACA JUGA: Harga Merosot, Petani Kalibunder Sukabumi Minta Pemerintah Fasilitasi Ekspor Cengkeh
Lanjut Hermi, pengolahan Temulawak juga relatif mudah. Temulawak Bandul seringkali kulitnya dikupas dan diiris secara manual. Sementara Temulawak Rempang sebelum dijemur digiling menggunakan mesin. Jika cuaca cerah, Temulawak bisa kering dalam sepekan.
"Untuk temulawak yang sudah kering, sering dijemput kesini sama orang-orang pabrik. Jadi tergantung kebutuhan pabrik. Kalau lagi perlu, dua sampai tiga kuintal juga diambil. Bukan hanya temulawak, kadang orang pabrik pesan juga mengkudu, biji jambe dan temulawak putih," pungkasnya.
BACA JUGA: Satu Hari, Nelayan Palabuhanratu Bisa Panen Ikan Lisong 50 Ton
Sementara itu, salah seorang petani Temulawak asal Kampung Cikujang Desa Mekarjaya, Ipong (38 tahun) merasa terbantu dengan adanya pengepul Temulawak yang bisa menarik pasar dan menjual Temulawak hasil panen secara berkesinambungan. Selain itu, tanaman Temulawak mudah dipelihara dan minim risiko diserang hama.
"Sampai tujuh bulan, Temulawak sudah bisa dipanen. Dengan bibit 50 kilogram, kalau diurus bisa menghasilkan dua ton di atas lahan seluas 800 meter persegi. Lumayan membantu perekonomian petani," kata Ipong.
"Yang penting jangan lupa pemeliharaan, terutama pengolahan lahan sebelum ditanami. Sekitar satu atau dua bulan, lubang yang akan ditanami dikasih dulu pupuk kandang atau sekam. Kalalu pakai cara itu, hasilnya cukup memuaskan," tandasnya.