SUKABUMIUPDATE.com - Eksistensi Gamelan Sari Oneng Parakansalak asal Sukabumi mempunyai perjalan sejarah yang sangat panjang, dari zaman kolonial Belanda, Jepang hingga sekarang keberadaannya berada di Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Sukabumiupdate.com mencoba menelusuri keberadaan gamelan tersebut ke Sumedang dengan menemui pihak Museum Prabu Geusan Ulun, serta beberapa tokoh dan informan di Sumedang yang mengetahui tentang latar belakang sejarah dan cerita mengapa gamelan tersebut bisa disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun.
Setelah mengumpulkan informasi awal dari Ketua Yayasan Dapuran Kipahare dan Kepala Riset dan Kesejarahan Soekabumi Heritages, Irman Sufi Firmansyah, yang menyatakan bahwa keberadaan Gamelan Sari Oneng Parakansalak kini berada di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. Dari Sukabumi, reporter sukabumiupdate.com langsung bertolak ke Sumedang. Jarak Sukabumi-Sumedang itu sekitar 146 kilometer, ditempuh dengan memakan waktu kurang lebih lima jam perjalanan.
BACA JUGA: (Part 1) Upaya Mengembalikan Gamelan Sari Oneng Parakansalak Ke Sukabumi, Mungkinkah?
Museum Prabu Geusan Ulun beralamat di Jalan Prabu Geusan Ulun Nomor 40, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lokasi museum mudah ditemukan karena letaknya di tengah wilayah Kabupaten Sumedang, 50 meter dari Alun-alun ke sebelah selatan, berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara dan berhadapan dengan Gedung-gedung Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Kurator Museum Prabu Geusan Ulun, Ahmad Iqbal menjelaskan, bagaimana Gamelan Sari Oneng Parakansalak ini bisa berada di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang.
"Pas zaman kependudukan Jepang tahun 1942, karena banyak pembersihan orang-orang Eropa oleh Jepang dan salah satunya, Gamelan Sari Oneng Parakansalak ini dibidik oleh Jepang untuk dijadikan bahan senjata. Oleh administratur Parakansalak pada saat itu, selanjutnya gamelan tersebut dititipkan kepada Bupati Sukabumi saat itu, yakni R.A.A. Soeriadanuningrat. Nah, kebetulan bupati Sukabumi nya ini keturunan Sumedang, pasca beliau meninggal dunia tahun 1975, oleh penerusnya dan keluarganya, gamelan tersebut dititipkan di Museum Prabu Geusan Ulun dan hingga kini, Gamelan Sari Oneng Parakansalak mejadi koleksi museum," jelas pria yang akrab disapa Eq itu kepada sukabumiupdate.com, beberapa waktu yang lalu.
Gamelan Sari Oneng Parakansalak diletakan di gedung gamelan yang merupakan gedung yang isinya koleksi berbagai gamelan yang kini menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun. Dua jenis gamelan yang kerap menjadi sorotan dan daya tarik unik sampai dengan sekarang yakni Gamelan Sari Oneng Mataram dan Gamelan Sari Oneng Parakansalak. Eq memaparkan, gedung gamelan merupakan gedung pertama yang dibangun di Museum Prabu Geusan Ulun ini. Total, terdapat enam gedung di Museum Prabu Geusan Ulun tersebut.
BACA JUGA: Gamelan Sari Oneng Parakansalak dari Sumedang?
"Museum ini awal kisahnya merupakan sumbangan dari Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1973. Isi koleksi di museum ini kebanyakan peninggalan kerajaan pangeran Sumedang atau Sumedang Larang," paparnya.
Sebanyak delapan koleksi gamelan dari berbagai jenis, menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun. Ada dua jenis gamelan sari oneng, yakni Gamelan Sari Oneng dari Mataram dan Gamelan Sari Oneng dari Parakansalak, Sukabumi. Total, ada 16 set rancak Gamelan Sari Oneng Parakansalak dengan empat kategori yakni bonang, saron, pelog dan goong yang berada di museum ini. Untuk perlakuan dan perawatan koleksi gamelan-gamelan di museum ini, nampaknya sudah lumayan cukup baik.
"Khusus untuk Gamelan Sari Oneng Parakansalak ini, bahan-bahannya memang kualitas premium. Dari mulai jenis kayu yang digunakan konon katanya dari kayu besi. Lalu, logamnya juga berbeda dengan yang lain, sari oneng Parakansalak ini bentuknya lebih tebal. Menurut sejarah, memang di Sumedang ini ada sebuah tempat yang melegenda, tempat di mana logam dan besi terbaik dihasilkan pada zaman itu, nama kampungnya Kampung Gending, di seberang Kampung Gending atau Kampung Pandai, sepertinya pada saat itu, kedua kampung tersebut berkolaborasi untuk membuat produksi logam dan besi pada saat itu, namun sayang, sekarang sudah tidak ada aktivitas pembuatan besi dan logam lagi, penerusnya pun sudah tidak ada lagi, yang tersisa tinggal nama. Tapi, orang zaman dahulu kalau membuat sesuatu memang tidak sembarangan," kata Eq.
BACA JUGA: Pabrik Teh Parakansalak Riwayatmu Kini
Satu hal yang membuat dahi Eq mengkerut kebingungan adalah mengapa administratur Parakansalak saat itu, Adriaan Walrafenholle sekitar tahun 1825, memesan logam nya dari Sumedang sedangkan rancaknya dari Thailand. Eq nampak sangat memperhatikan bentuk rancak yang dimiliki Gamelan Sari Oneng Parakansalak ini berbeda dengan gamelan yang lainnya.
"Jelas kalau gamelan dari Jawa atau Sunda itu, motif nya kayak tumbuh-tumbuhan, ini kan motifnya karena dibuat di Thailand pada saat itu, motifnya hewan seperti singa dan naga," ungkapnya.
Sedangkan, secara filosofis sendiri menurut Eq, gamelan itu biasanya diasumsikan dengan sesuatu yang menenangkan atau ketenangan. Bahkan, gamelan ini memiliki sisi feminis seperti contohnya, di Jogja sendiri, nama-nama gamelan di sana akan diawali dengan "Nyai", sedangkan "Ki" itu untuk berbagai jenis nama-nama senjata.
"Makannya dinamakan Sari Oneng itu karena menggambarkan kelembutan, cuman yang jadi aneh itu, ini ada kontradiksi, antara motif rancak yang menggambarkan hewan sebagai lambang keberanian, kekuatan dan perang dengan nama Sari Oneng tersebut," ucap Eq sambil terheran.
Eq mengaku, keberedaan Gamelan Sari Oneng Parakansalak ini memiliki aura dan daya tarik tersendiri, seperti mitos-mitos yang mengatakan bahwa kerap kali, Gamelan Sari Oneng Parakansalak ini berbunyi sendiri di dalam gedung gamelan tersebut.
"Katanya sih gitu, dari zaman nenek saya dulu bilangnya gitu, cuman sejak awal saya bekerja di sini, saya belum mengalami dan menemukan kejadian mistis tersebut," pungkasnya.