SUKABUMIUPDATE.com - Indonesia memiliki banyak sekali hewan endemik atau hewan asli suatu daerah tak terkecuali Pulau Jawa.
Banyak hewan endemik yang hidup di Pulau Jawa mulai dari Elang Jawa, Macan Tutul Jawa, Badak Bercula Satu dan sebagainya.
Namun, sayangnya beberapa hewan endemik ini terancam punah diakibatkan perburuan liar hingga rusaknya habitat tempat hidup satwa-satwa tersebut.
Bahkan beberapa diantaranya telah dinyatakan punah seperti Harimau Jawa yang telah dinyatakan punah pada tahun 1980-an.
Dengan edukasi yang baik dalam mengenal satwa-satwa endemik Pulau Jawa ini, kita dapat mengurangi laju berkurangnya jumlah mereka di alam kita. Berikut 9 satwa endemik pulau Jawa yang terancam punah dan harus kita lindungi dilansir dari laman International Animal Rescue.
1. Badak Jawa
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang biasa disebut badak bercula satu merupakan salah satu spesies satwa liar terlangka di Indonesia.
Sebab spesies badak jawa saat ini diperkirakan tersisa tidak lebih dari 74 ekor. Kemampuan reproduksi yang rendah ditambah aktivitas perburuan badak jawa untuk diambil culanya adalah penyebab utamanya.
Sekarang, hewan eksotis ini sedang berada dalam program konservasi intensif secara in-situ di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Program ini membawa kabar gembira bagi kita karena terbukti mampu meningkatkan populasi badak jawa. September 2020 lalu, TNUK mengkonfirmasi keberadaan dua ekor bayi badak yang membawa harapan akan terjaganya kelestarian populasi badak jawa.
2. Kukang Jawa
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) adalah primata eksotis yang hidup secara nokturnal atau biasa aktif di malam hari. Ia mencari makanan di malam hari guna menghindari pemangsa. Ia memiliki ciri khas yaitu memiliki kelenjar racun di bawah ketiaknya yang digunakan untuk mempertahankan diri dari pemangsa pula.
Saat ini kukang jawa dilindungi oleh undang-undang Indonesia. Organisasi internasional CITES juga melindungi kukang jawa dalam daftar Appendix nya.
Dengan itu seharusnya tidak ada yang boleh memburu atau memeliharanya lagi. Sebab apabila perburuan terus dibiarkan, dikhawatirkan jumlah populasinya di alam akan kian menurun dan mengalami kepunahan.
3. Babi Kutil
Hewan liar endemik yang memiliki nama latin Sus verrucosus ini mungkin terdengar asing di telinga kita. Satwa tersebut tidak lain adalah babi kutil.
Babi kutil sendiri merupakan jenis babi yang hanya terdapat di Pulau Jawa dan Pulau Bawean. Babi ini juga biasa disebut babi jawa atau babi bagong.
Perawakan dari babi kutil sangat mirip dengan babi hutan. Babi kutil bisa ditemukan di hutan dan padang rumput meskipun sangat sulit untuk menemukannya. Banyak ahli yang sebelumnya mengira spesies ini sudah punah dikarenakan mereka kesulitan untuk menemukannya.
Untungnya, babi kutil ini teramati pada tahun 2017. Penyebab terancam punahnya babi ini dikarenakan tingginya tingkat konflik dengan manusia akibat berkurangnya habitat sehingga babi turun ke pemukiman warga untuk mencari makanan.
4. Macan Tutul Jawa
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) adalah salah satu satwa predator yang terancam punah di Indonesia. Jenis satwa ini adalah subspesies dari macan tutul biasa (Panthera pardus). Oleh masyarakat di Pulau Jawa, macan tutul jawa kadang disebut juga macan kumbang.
Macan tutul jawa saat ini berada di ambang kepunahan. Pada tahun 2008, tercatat jumlah populasi macan tutul jawa tidak lebih dari 250 ekor. Menurut para ahli dan pejabat pemerintah, penyebab berkurangnya populasi macan tutul adalah berkurangnya habitat alaminya di hutan.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi salah satu rumah bagi predator asli pulau Jawa ini.
5. Banteng Jawa
Banteng Jawa (Bos javanicus javanicus) adalah salah satu subspesies dari jenis banteng biasa (Bos javanicus). Jenis satwa liar ini, meskipun sangat dikenal di masyarakat sebagai hewan yang kuat, rupanya juga dikenal sebagai hewan yang terancam punah.
Keberadaannya saat ini dilindungi oleh Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Baluran, serta Taman Nasional Bali Barat.
Terdapat beberapa penyebab berkurangnya populasi dari banteng jawa ini. Di antaranya adalah berkurangnya habitat akibat pembukaan lahan untuk kebun oleh manusia. Banteng juga mengalami ancaman pemangsa dari anjing hutan ajag, yaitu jenis anjing hutan yang berperawakan mirip serigala.
6. Owa Jawa
Owa jawa (Hylobates moloch) adalah salah satu jenis primata di Indonesia. Spesies ini tersebar di Pulau Jawa di bagian Provinsi Jawa Barat dan Banten. Sayangnya, spesies ini juga merupakan spesies yang dilindungi.
Satwa liar ini terkenal akan suara lolongannya yang khas dan terkenal nyaring. Menurut peneliti, suaranya dapat terdengar hingga 1 kilometer jauhnya. Lolongan ini biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan owa jawa lain.
7. Surili Jawa
Primata asli Indonesia dengan nama latin Presbytis comata lain yang dilindungi karena terancam punah yaitu surili jawa. Primata unik ini juga merupakan salah satu primata yang cukup dikenal di Jawa Barat. Jenis satwa liar ini tersebar di Jawa Barat dan Banten.
Satwa pemakan tumbuhan dedaunan, bunga, dan biji-bijian ini kini tidak tersisa banyak. Sekarang populasinya hanya tersisa sekitar 2.500 ekor. Oleh karena itu Pemerintah segera mengeluarkan berbagai kebijakan untuk segera melindungi dan melestarikannya.
8. Elang Jawa
Burung ini merupakan penjelmaan dari Garuda (Nisaetus bartelsi), lambang negara Indonesia. Spesies ini adalah salah satu jenis burung yang dilindungi dan tersebar di hutan-hutan di Pulau Jawa termasuk di kaki Gunung Gede Pangrango.
Elang jawa adalah burung predator. Ia memangsa mamalia kecil seperti tikus atau burung-burung kecil. Ia juga memiliki daya jelajah luas. Ia mampu terbang mencapai 400 hektar dari sarangnya.
Yang patut kita perhatikan adalah penyebabnya terancam punahnya. Di samping perburuan liar, kemampuan reproduksi yang rendah membuatnya sangat rentan mengalami penurunan populasi.
Ia hanya mampu bertelur sekali setahun. Apabila hal tersebut terus dibiarkan, khawatirnya Elang Jawa akan benar-benar punah.
9. Burung Trulek Jawa
Burung trulek jawa (Vanellus macropterus) adalah burung yang pernah dinyatakan punah, namun akhirnya statusnya diubah menjadi kritis pada tahun 2000. Burung ini adalah burung pantai, artinya hanya ada di sekitar pantai karena ia sangat bergantung mencari makanan di sekitar laut.
Burung ini menjadi sangat terancam punah dikarenakan perburuan yang intensif serta pengurangan habitat secara masif.