SUKABUMIUPDATE.com - Tanda gangguan mental pada remaja seringkali diabaikan sebab dianggap sebagai hal yang sangat wajar pada masa pubertas mereka.
Padahal, jika tidak ditangani dengan benar dan bai, kondisi tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan emosi, kehidupan sosial serta kesehatan fisik pada anak remaja.
Mengutip dari alodokter, diperkirakan ada 49,5% remaja dari usia 13 - 18 tahun mengalami gangguan mental dan 22,2% lainnya menderita penyakit mental berat.
Masalah kesehatan mental umum yang dialami remaja sendiri diantaranya PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), gangguan kecemasan, gangguan makan, skizofrenia, bipolar dan depresi.
Dan semua gangguan tersebut dapat menyebabkan remaja melakukan tindakan bunuh diri.
Menurut alodokter, 47% kasus bunuh diri yang ada di Indonesia dilakukan oleh anak usia remaja dan menginjak dewasa.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengenal tanda-tanda gangguan mental pada anak jika mereka menginjak usia remaja.
Hal itu diharapkan orang tua dapat memperhatikan anaknya agar tidak memiliki penyakit gangguan mental tersebut.
Berikut kami bagikan tanda-tanda remaja memiliki gangguan mental agar orang tua lebih waspada.
1. Tidak Dapat Mengontrol Emosi
Anak remaja yang memiliki gangguan mental biasanya tidak mampu untuk mengelola emosi dan terkesan sensitif.
Dia akan meresa sedih yang begitu mendalam dan marah yang meledak tanpa sebuah alasan yang jelas.
Selain itu remaja yang menderita gangguan mental juga sering merasa jika dirinya selalu salah dan tidak berharga sama sekali.
2. Perilaku Berubah dengan Tidak Wajar
Orang tua wajib waspada jika anak Anda yang menginjak usia remaja mulai berperilaku tidak wajar, seperti memberontak, mengamuk, arogan dan mudah tersinggung.
Hal tersebut bisa menjadi salah satu tanda anak menderita gangguan mental.
Selain itu, sulit bersosialisasi, menghindar dari lingkungannya dan kehilangan minat melakukan hal-hal yang disukai juga menjadi tanda anak Anda menderita gangguan mental.
Bagi anak remaja yang memiliki gangguan kecemasan, dia akan merasa cemas yang berlebihan ketika berada disekitar orang lain, takut ditolak, dan menghindari keramaian.
Jika anak Anda mulai melakukan hal tersebut cobalah untuk mulai mengawasinya dan berikan dia perhatian.
3. Prestasi Menurun
Anak yang mengalami masalah gangguan mental akan enggan melakukan aktivitas, sehingga proses belajarnya akan terganggu dan prestasi di sekolahnya akan menurun.
Kondisi tersebut juga dapat mengganggu fungsi kognitifnya, seperti kemampuan berpikir, mengingat dan memecahkan sebuah masalah.
4. Memiliki Gangguan Tidur dan Makan
Bagi sebagian orang tua melihat anak remaja mereka begadang merupakan hal yang biasa. Namun, jika waktu tidur anak berubah drastis, seperti terlalu banyak tidur atau tidak bisa tidur sama sekali bisa jadi dia mengalami gangguan psikis.
Anak remaja yang menderita gangguan mental biasanya juga akan mengeluh sering mengalami mimpi buruk dan tidur sambil berjalan.
5. Melakukan Sebuah Kebiasaan Buruk
Ciri lain gangguan mental pada remaja yaitu meluapkan emosi dengan melakukan hal yang buruk seperti mulai merokok, minum minuman keras, dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Selain itu, mereka juga membenci dan menyakiti diri mereka sendiri bahkan ada yang berpikiran ingin melakukan tindakan bunuh diri.
6. Mengeluhkan Sakit Fisik
Selain dari perilaku anak remaja yang memiliki masalah mental juga dapat ditandai dengan gejala fisik, diantaranya seperti sakit perut, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot dan lainnya. Mereka juga terlihat tidak bersemangat dan bertenaga.
Nah itulah tanda-tanda anak remaja mengalami gangguan mental. Selain mengetahui tanda tersebut orang tua juga harus berperan dalam menjaga kesehatan mental anaknya.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membangun hubungan yang baik dengannya, meningkatkan rasa percaya diri, mengajarkan mengelola stress dan membiasakan dia untuk menerapkan pola hidup yang sehat.
Jika Anda sudah melihat tanda-tanda gangguan diatas, segera bawa anak remaja Anda ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.