SUKABUMIUPDATE.com - Saat hampir seluruh pihak fokus terhadap penanganan Covid-19, ternyata persediaan obat untuk pengidap HIV dan AIDS di Kabupaten Sukabumi mengalami kelangkaan.
BACA JUGA: Stok Obat ARV Ditengah Pandemi Menipis, Ini Harapan Pengidap HIV/AIDS di Sukabumi
Pendamping ODHA di Lembaga Female Plus, Atus Satriawan mengatakan, kondisi ARV alias Antiretroviral atau obat untuk pengidap HIV dan AIDS tersebut, secara nasional memang tengah memprihatinkan.
"Obat biasanya dikasih per bulan, tapi semenjak bulan Februari/Maret, obat diberikan per minggu. Sampai hari ini kata pasien yang berobat di RS Jampang dan RSUD Palabuhanratu obat sudah tidak ada, di RSUD Sekarwangi sudah menipis," ucap Atus kepada sukabumiupdate.com, Rabu (17/6/2020).
BACA JUGA: Satu Terduga HIV dan Dua Sifilis, Fahmi Pimpin Razia Tempat Hiburan Malam di Kota Sukabumi
Atus menyebut, belum ada kepastian obat ARV tersebut kapan akan datang. Sebab, sambung Atus, saat ia menanyakan hal serupa ke kota dan kabupaten lain, persediaan ARV tersebut relatif aman.
"Dampaknya kalau pasien tidak minum obat secara rutin, virus bisa resisten terhadap pengobatan, kasus AIDS dan penularan akan tinggi jika pasien putus ARV," jelas Atus.
"Selain dampak kesehatan, dampak sosial juga kena dampaknya. Kalau pasien kena AIDS maka mereka sakit dan tidak bekerja, tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga, bahkan terburuknya kematian," tambahnya.
BACA JUGA: 58 Puskesmas di Kabupaten Sukabumi Harus Tingkatkan Pelayanan HIV – AIDS
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid mengungkapkan, kelangkaan persdiaan ARV juga terjadi di kota dan kabupaten lain di Jawa Barat. "Lagi kita upayakan karena rata-rata dari 27 kota/kabupaten di Jabar, hampir rata kurang stok ARV," ungkap Harun.
Salah satu alasan kelangkaan tersebut, sambung Harun, dimungkinkan karena peningkatan kasusnya yang cukup tinggi. Harun juga mengaku belum dapat memastikan apa ada kaitannya dengan Covid-19 atau tidak. "Mungkin dikarenakan peningkatan kasusnya tinggi. Belum ke arah sana (Covid-19)," pungkas Harun.