SUKABUMIUPDATE.com - 31 Mei merupakan peringatan hari tanpa tembakau. Seperti yang sudah diketahui bahwa rokok sangat berbahaya bagi kesehatan perokok itu sendiri dan bagi orang yang ada di sekitarnya.
Hari tanpa Tembakau ini bertujuan agar perokok berusaha berhenti merokok sehingga kesadaran masyarakat tentang kesehatan bisa terus meningkat.
Melansir dari tempo.co, asap tembakau mengandung sekitar 7 ribu bahan kimia berbahaya seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, dan benzena.
Dengan paparan yang terus menerus, asap rokok dapat merusak sel dan jaringan tubuh serta menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang menghirupnya.
Dilansir dari fk.ui.ac.id, perokok pasif mendapatkan dampak yang lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Hal itu, dikarenakan perokok aktif menghisap langsung dari rokok yang sudah ada filternya. Sedangkan perokok pasif menghirup asap tanpa filter yang keluar dari perokok aktif.
Bagi perokok pasif, dampak yang timbul dari asap rokok beragam, tergantung umur dan kondisi orang tersebut, berikut penjelasannya.
Baca Juga :
Dampak Bagi Perokok Pasif Orang Dewasa
Dilansir dari ners.unair.ac.id, sering menghirup asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru hingga 20-30 persen.
Selain itu, perokok pasif berada pada peningkatan risiko berbagai penyakit serius lainnya, termasuk aterosklerosis, penyakit arteri koroner, serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.
Baik perokok aktif maupun perokok pasif juga berisiko lebih tinggi mengalami gejala COVID-19 yang lebih parah jika tubuh mereka terinfeksi virus corona.
Dampak Perokok Pasif Ibu Hamil
Wanita hamil yang terpapar asap rokok berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi seperti keguguran, kelahiran prematur, dan bayi berat lahir rendah.
Hal ini dikarenakan zat berbahaya dalam asap rokok, seperti nikotin dan karbon monoksida, dapat diangkut melalui aliran darah dan diserap oleh janin.
Semakin sering ibu hamil menghirup asap rokok setiap hari, semakin tinggi risiko komplikasi dan gangguan kesehatan.
Dampak Perokok Pasif Anak-anak
Balita dan anak-anak yang sering terpapar asap rokok lebih berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti asma, ISPA, infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia, bronkitis, bahkan sindrom kematian mendadak pada bayi.
Hal ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan, tetapi anak-anak yang menjadi perokok pasif lebih rentan terganggu tumbuh kembangnya dan kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat mempengaruhi kecerdasan anak.
Selain itu, orang tua yang merokok juga dapat memberikan contoh yang buruk bagi anak-anaknya dan tidak menghalangi mereka untuk menjadi perokok ketika anaknya sudah besar.
Oleh karena itu, semua orang tua harus berhenti merokok. Dengan begitu, anak tidak akan mengikuti kebiasaan buruk ini dan tidak akan mempengaruhi kesehatannya.
Hari Tanpa Tembakau mengingatkan bahaya rokok bukan saja kepada mereka yang merokok tapi juga perokok pasif, bahkan berdampak serius bagi anak-anak dan ibu hamil di sekitarnya.
SOURCE: TEMPO.CO | ANNISA FIRDAUSI