SUKABUMIUPDATE.com - Membajak sawah dengan kerbau menjadi kegiatan yang langka saat ini. Namun menggunakan tenaga hewan ternak untuk bercocok tanam itu bukan berarti hilang, sebab para petani di Desa Boregah Indah, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi masih melakukannya.
Warga Desa Boregah Indah, Feri UB (38 tahun) mengatakan, di desa ini ada beberapa kampung yang membajak sawah dengan hewan yaitu di Kampung Cihujan, Pasir Angin, Pasir Laja Cipeuteuy. Di kampung tersebut, kata Feri petani memanfaatkan sapi dan kerbau untuk bercocok tanam.
BACA JUGA: Suaka Margasatwa Cikepuh Sukabumi Minta Kerbau Ternak Dievakuasi, Ini Alasannya?
"Ada tiga orang di kampung tersebut yang masih menggunakan tenaga hewan, baik untuk menggarap lahannya, maupun jasa menggarap lahannya orang lain," jelas Feri.
Menggunakan hewan ternak untuk menggarap lahan memang ada plus minusnya. Apabila dibandingkan dengan menggunakan hand traktor jauh hasilnya. "Perbandingan per hari, kalau memakai tenaga hewan dapat luas 300 meter, kalau hand traktor mencapai luas 700 meter," ungkapnya.
BACA JUGA: Maling Curi Kerbau Milik Warga Sukaraja Sukabumi, Tinggalkan Kepala dan Jeroan
Kemudian keistimewaan menggunakan sapi atau kerbau untuk menggarap lahan yaitu bisa menjangkau lahan pesawahan yang terjal, atau galengan (pematang sawah) yang tinggi. Membajak sawah dengan menggunakan hewan ternak juga sanga bagus untuk lahan yang akan ditanami padi jenis bagolo (beras merah).
"Saat ini ongkos jasa menggunakan hewan hitungannya per bedug atau setengah hari sampai pukul 12.00 WIB, sebesar Rp 150 ribu. Jauh lebih mahal menggunakan hand traktor per satu hektar mencapai Rp 3 juta," terangnya.
Feri UB yang juga aktivis lingkungan menuturkan membajak sawah dengan kerbau merupakan warisan leluhur yang saat ini hampir punah. "Di wilayah Pajampangan tersisa dibeberapa daerah seperti di Kecamatan Cimanggu dan di Kecamatan Kalibunder," pungkasnya.