SUKABUMIUPDATE.com – Sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan dalam periode waktu beberapa hari kedepan sejak dua bulan terakhir. Kota Sukabumi dan Palabuhanratu sendiri akan mengalami kondisi tanpa bayangan ini Jumat 11 Oktober 2019.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rhorom Priyatikanto dikutip dari detik.com mengatakan masyarakat bisa mencoba bereksperimen terkait peristiwa alam ini dengan menggunakan tiang.
"Jadi hari tanpa bayangan ini akan terasa jika ada tiang lurus berdiri tegak, itu tidak akan ada bayangannya. Patokannya jangan pohon, karena pasti ada bayangannya," ujar Rhorom.
BACA JUGA: Tanggal 11 Oktober Hari Tanpa Bayangan di Sukabumi, Catat Jamnya
Rhorom menjelaskan fenomena hari tanpa bayangan ini ada dua sisi yang bisa dipelajari oleh masyarakat. "Lebih penting kita dapat belajar bahwa ada pola tahunan yang terjadi, keteraturan alam semesta. Ini harus kita pelajari dan pahami," ungkapnya.
Adapun peristiwa alam tersebut dinamakan kulminasi atau momen ketika Matahari berada tepat di posisi paling tinggi di langit. Akibatnya, bayangan dari benda yang tegak tampak tidak memiliki bayangannya. "Ketika hari tanpa bayangan atau kulminasi, atau istilahnya equinox, itu sebagai acuan pergantian musim," ucap Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN ini lebih jauh.
Keterangan tertulis BMKG yang diterima sukabumiupdate.com, Selasa (8/10/2019), fenomena Hari Tanpa Bayangan diprediksi akan terjadi di wilayah Kota Sukabumi dan utara pada Jumat, 11/10/2019 pukul 11.39.10 WIB, disusul wilayah Palabuhanratu dan selatan pada hari yang sama pukul 11.40.40 WIB.
BACA JUGA: Muncul Empat Matahari di Kepulauan Riau, Ini Penjelasannya
Staf Observatori BMKG wilayah Palabuhanratu, Rafdi Ahadi menjelaskan, pengertian Hari Tanpa Bayangan adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama.
"Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat seolah-olah menghilang, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri," jelas Rafdi.