SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat sejarah Sukabumi, Irman Musafir Sufi menyebut terdapat enam sumber mata air panas di Sukabumi. Informasi tersebut termuat dalam buku Java, Deszelfs Gedannte, Bekleeding en Inwendige Structuur tahun 1849 karya Franz Wilhelm Junghuhn.
Pertama, kata Irman, sumber air panas di distrik Gunung Parang (Dimungkinkan Lio Santa). Kedua, pemandian air panas di selatan distrik Gunung Parang (lebih dekat ke tepi Cimandiri) dengan tepian fraktur formasi tersier dari aliran lava Gunung Gede (dimungkinkan Cikundul).
BACA JUGA: Save Cagar Budaya Eks Tahanan Hatta dan Sjahrir di Sukabumi, Ini Solusi dari Pemerhati Sejarah
Ketiga, pemandian air panas di desa Pitjoeng, Kecamatan Jampang, di kaki utara pegunungan Jampang yang berbatasan dengan lembah Cimandiri di selatan, dekat tepi kiri selatan sungai, mata air hangat yang muncul di daerah rawa lumpur abu abu kehitaman dan bau.
Irman menyebut, airnya sendiri tidak terlalu hangat dan tak berbau sulfur. Sumbernya berada di Desa Tangkolot dan Pitjoeng, sekitar setengah jalan di sepanjang lembah yang membentang antara Sukabumi dan Pelabuhanratu.
Keempat, pemandian air panas di desa Dadap, Kecamatan Jampang Kulon. Berada di celah kaki pegunungan Neptunus, menuju mulut Cimandiri di Pelabuhanratu. Irman mengatakan, aliran Cidadap ini di sisi kiri atau tenggara sungai Cimandiri. Tempatnya berada di sisi kiri sungai, airnya tidak berbau atau berasa.
"Suhu air sungai adalah, pada jam 7 pagi (pada 9 November 1847), 19,6 dan suhu mata air 59.0 derajat Reamur. Sekitaran batu kapur yang berada di hulu, yang tampak miring pada sudut sekitar 45 derajat ke timur laut," jelas Irman kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (11/4/2020).
BACA JUGA: Cerita Patung Kongco Han Tan Kong dan Sejarah Vihara Widhi Sakti Sukabumi
Kelima, pemandian air panas di Tji-Madja, di distrik Soenja Wenang (Sundawenang), aliran tersebut mengalir ke laut, yang mulutnya ditemukan 6 pos di sebelah barat Palaboean Ratoe, di tepi utara Wijnkoopsbaai. Irman mengungkapkan, airnya panas dan menebarkan bau belerang di sekelilingnya.
Aliran ini, sambung Irman, dijelaskan oleh K. Hasslearl, di mana pengamat tersebut secara tegas mengatakan bahwa sungai panas yang muncul dari mata air bersatu dengan sungai dingin (Tji-) Sukaramé, dan bercampur di Tji-Madja yang memiliki panas 50,6 derajat Reamur atau 101,0 derajat Fahrenheit. Irman menuturkan, sumbernya dari Gunung Alimoen, naik ke utara dari Wijnkoopsbaai ke arah barat ke arah perbatasan Banten pada ketinggian 7 hingga 800 kaki, yang oleh orang sunda disebut kawah.
"Di sebut kawah: sebuah wadah berisi mata air panas yang sangat besar, yang muncul dari lubang yang lebar dan didorong beberapa meter dari ketinggian. Mata air ini terletak di dalam ruang yang datar dan kosong, ditutupi oleh banyak batu besar. (Oktober 1841)," papar Irman.
BACA JUGA: 10 Gempa di Sukabumi Paling Merusak Sepanjang Sejarah
Keenam, sumber air panas di kaki Gunung Linggoeng, di daerah kawah Djampang, di mana ditemukan mata air belerang dingin. Kata Irman, ia terletak di arah timur-timur laut, di kejauhan dari 2 tiang desa Tjikandé. (Wilayah ini adalah pedalaman dari Tjiletoe-bogt, sebuah teluk di sisi selatan teluk Wijnkoops yang besar.) Tjiletoe-bogt, lanjut Irman, muncul di kaki air terjun (Churuk) Sodong, di latar belakang kubah batu yang menonjol, di mana sungai jatuh ke bawah.
"Kubah rawa ini terdiri dari lapisan batu pasir, yang miring pada sudut 25 derajat ke utara-timur laut: L. n °. 642. Air dingin merembes keluar dari celah-celah batu pasir, dan jatuh dari brankas batu dalam bentuk tetesan. Itu benar-benar tidak berwarna, memiliki rasa belerang yang tidak menyenangkan, dan memiliki bau yang kuat dari gas hidrogen sulfida. Suhu air dan udara yang dipenuhi hidrogen (pada tanggal 16 Oktober 1847) adalah pada jam 8 yaitu 19.0 dan 19.5 derajat Reamur," bebernya.
Irman mengungkapkan, yang saat ini masih digunakan masyarakat sebagai sarana publik, diprakirakan tinggal dua sumber mata air panas. Pertama, di Cikundul. Kedua, di Cimaja, yaitu yang disebut Cisolok sekarang.
"Kayaknya yang lain memang tidak dijadikan pemandian umum lagi. Bisa terbengkalai atau mengecil, sehingga ditutup. Contohnya, pemandian santa akhirnya ditutup dan jadi waterboom biasa (tidak panas)," tukasnya.