SUKABUMIUPDATE.com - Siapa yang tidak tahu Vihara Widhi Sakti? Bangunan ikonik khas tionghoa yang berlokasi di Jalan Pejagalan Nomor 20 Nyomplong Kota Sukabumi. Vihara ini akan menjadi ramai menjelang perayaan Imlek yang jatuh pada tanggal 25 Januari 2020 mendatang.
Namun tahukah anda? Ternyata vihara atau kelenteng tersebut adalah kelenteng pertama yang dibangun di Sukabumi. Sukabumiupdate.com mencoba mengulas sejarah singkat bagaimana bangunan ikonik tersebut berdiri, hingga akhrinya bertemu dengan Humas Yayasan Vihara Widhi Sakti, Arieffin. Tanpa segan, Arieffin pun mengulas sejarah singkat berdirinya Vihara Widhi Sakti.
BACA JUGA: Imlek, Ridwan Kamil Kagum Melihat Ini di Lantai 3 Vihara Widhi Sakti Kota Sukabumi
Ia mengulas, dahulu kala muncul sosok Kongco Han Tan Kong yang dianggap telah berjasa dalam penyembuhan warga Sukabumi dari wabah kolera yang terjadi pada sekitar tahun 1908.
"Saat itu di wilayah Sukabumi bahkan sampai ke Bogor dan sekitarnya, terjadi wabah kolera yang menewaskan ratusan orang. Saking banyaknya, dokter dan pihak yang menguburkan pada saat itu pun tidak mampu untuk menanganinya," ucap Arieffin, kepada sukabumiupdate.com, Jumat (17/1/2020).
Vihara Widhi Sakti, yang berlokasi di Jalan Pejagalan Nomor 20 Nyomplong, Kota Sukabumi. | Sumber Foto: Oksa BC
Sejurus kemudian, lanjut Arieffin, terdapat seorang tionghoa Sukabumi bernama Thung Hoat Tiat, yang tinggal di Gang Murni, bertanya kepada seorang Sinseh (dokter khas tionghoa) di Bogor, bagaimana obat untuk mengatasi wabah kolera tersebut. Setelah bertanya kepada Sinseh itu, akhirnya sosok Thung Hoat Tiat diberikan sebuah patung yang disebut Kongco Han Tan Kong untuk dibawa ke Sukabumi.
"Patung tersebut dipercaya sebagai simbol dari leluhur yang telah meninggal dunia, dimana leluhur tersebut dalam semasa hidupnya sangat berjasa bagi masyarakat suatu desa di Tiongkok (Cina). Jadi patung itu berasal dari Tiongkok. Dibawanya patung tersebut ke Sukabumi dari Bogor, diharapkan mampu meredakan wabah kolera yang terjadi di Sukabumi," tambah Arieffin.
BACA JUGA: Mengintip Persiapan Imlek di Vihara Widhi Sakti Kota Sukabumi
Setelah patung Kongco Han Tan Kong dibawa ke Sukabumi menggunakan kereta api oleh Thung Hoat Tiat, dilakukanlah ritual sembahyang ala tionghoa kepada patung tersebut. Saat ritual berlangsung, sosok Kongco Han Tan Kong melalui media "kesurupan" kepada salah satu orang, menitipkan pesan agar digotong keliling Sukabumi.
Pesan tersebut disampaikan dalam bahasa Hokkian (bahasa daerah di Tiongkok). Padahal, saat itu orang yang "kesurupan" tersebut diketahui tidak bisa berbahasa hokkian ataupun mandarin. Konco Han Tan Kong meminta digotong keliling Sukabumi di empat penjuru.
BACA JUGA: Perayaan Tri Suci Waisak di Vihara Tri Dharma Sukabumi dalam Suasana Sederhana
"Semua orang tionghoa sepakat dan mengumpulkan dana untuk menggotong patung tersebut. Situasinya mirip perayaan Cap Go Meh. Setelah digotong, anehnya wabah kolera itu secara berangsur mulai mereda. Nah, karena banyak orang yang tertolong, akhirnya semua orang sepakat meminta Kongco Han Tan Kong untuk disimpan di Sukabumi. Setelah meminta izin ke orang Bogor, akhirnya diperbolehkan untuk disimpan di Sukabumi. Setelah itu, semakin banyak orang yang melakukan ritual sembahyang kepada Kongco Han Tan Kong," sambung Arieffin.
Kongco Han Tan Kong sendiri awal mulanya berbentuk papan nama, tapi lambat laun sekian puluhan sampai ratusan tahun, muncul seorang seniman yang membentuk Kongco Han Tan Kong menjadi sebuah patung dari rupa tokoh yang telah meninggal tersebut. Kongco itu artinya leluhur yang paling tinggi, sedangan Han Tan Kong adalah nama tokoh tersebut.
BACA JUGA: Pesona Vihara Kwam Im di Selatan Kabupaten Sukabumi
"Suatu haru ada angin ribut. Nah salah seorang anggota keluarga Thung Hoat Tiat, mengaku mendapatkan mimpi bahwa Kongco setuju untuk berada di Sukabumi. Orang yang mimpi tersebut mengatakan bahwa saat ada angin ribut, lemparkan kayu kepada gulungan angin ribut tersebut, nantinya Kongco itu ingin tinggal di sana. Akhirnya sebuah tongkat bernama toya dilemparkan ke putaran angin ribut. Ini kejadiannya sekitar tahun 1911. Setelah angin ributnya reda, dicarilah kayu itu dan ternyata berada di lokasi Vihara Widhi Sakti sekarang ini," papar Arieffin.
BACA JUGA: Aksi Barongsai Ramaikan Hari Ibu di Vihara Kwan Im Simpenan Sukabumi
Akhirnya, para tionghoa bersepakat untuk membangun sebuah kelenteng kecil untuk tempat Kongco Han Tan Kong. kelenteng tersebut kemudian diberi nama kelenteng Bie Hiang Kiong (Bahasa Hokyan) atau kelenteng Mei Sien Kung/Gong (Mandarin) yang memiliki arti kelenteng yang ada di Sukabumi. Itu antara tahun 1911 - 1912.
"Lambat laun kelenteng tersebut mengalami perubahan dan pemugaran, hingga pada tahun 1959 mengalami perubahan nama menjadi Vihara Widhi Sakti. Lalu pada 1987 dibangun seperti sekarang," tandas Arieffin.