SUKABUMIUPDATE.com - Dinas Pendidikan Jawa Barat memberi perhatian khusus pada acara joget massal pelajar SMAN 1 Cisolok Kabupaten Sukabumi yang diduga melanggar protokol kesehatan. Disdik Jabar menegaskan masih melakukan pengumpulan data dan informasi dari tim yang diterjunkan untuk mengkaji acara tersebut.
Kepala Disdik Jabar, Dedi Supandi menyebut evaluasi akan dilakukan setelah seluruh informasi terkait kejadian tersebut terkumpul. Informasi diperlukan dari seluruh pihak, mulai dari sekolah, pengawas, pelajar hingga satgas penanganan covid-19 Kabupaten Sukabumi.
"Yang jelas kita akan mengambil langkah. Tujuannya agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi disaat kita masih berjuang di tengah pandemi covid-19," jelasnya kepada sukabumiupdate.com melalui sambungan telpon.
Disdik Jabar juga mendukung keputusan menghentikan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas yang sudah berlangsung di SMAN 1 Cisolok. Ini dilakukan untuk proses pemantauan kondisi kesehatan pasca acara.
Seperti diberitakan sebelumnya, Camat Cisolok Kurnia Lismana mengatakan pihak sekolah melalui Kepala dan Wakil Kepala SMAN 1 Cisolok, sudah mengklarifikasi kabar tersebut dan menjelaskannya ke Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Jawa Barat. Mereka mengatakan kejadian itu tidak disengaja karena sebelumnya sudah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
"Jadi sudah ada klarifikasi pihak sekolah, termasuk sudah menjelaskan ke kecamatan dan KCD Pendidikan Provinsi Jawa Barat," kata Kurnia yang juga Ketua Satuan Tugas Covid-19 Kecamatan Cisolok, Rabu, 3 November 2021.
Berdasarkan klasifikasi yang diterimanya, Kurnia menjelaskan kejadian itu merupakan kegiatan internal sekolah berupa syukuran sederhana dan terbatas. Kegiatan ini pun tidak dimaksudkan akan menimbulkan kerumunan dan berjoget seperti kabar yang beredar.
Baca Juga :
"Cakupan vaksinasi di SMA juga sudah tuntas dosis 1 dan 2. Hanya pada kejadian tersebut memang terkesan berkerumun dan tidak pakai masker," ujar Kurnia.
"Pasca kejadian kemarin, satgas kecamatan memantau perkembangan 5-14 hari. Jika ada kejadian ikutan, maka kami akan menurunkan tim tracer. Pihak SMA juga terhitung kemarin sudah menunda pembelajaran tatap muka atau PTM selama dua pekan ke depan," kata Kurnia.