SUKABUMIUPDATE.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Sukabumi melihat pentingnya mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada pengelola wisata setempat, seperti hotel, tempat kuliner, penginapan, obyek wisata, perkemahan, cafe, bilard.
Kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana tentu harus disiapkan agar korban bisa diminimalisir, sehingga BPBD mengadakan kegiatan pelatihan dengan tema Ayo Wisata Tangguh. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membagikan SOP terhadap penanggulangan bencana pada mitigasi pengelolaan wisata yang dirasa sangat penting.
Bencana yang terjadi pada kawasan pariwisata akan menimbulkan kerugian dan korban jiwa yang besarnya tergantung pada karakteristik ancaman dan kerentanan serta ketahanan suatu kawasan wisata. Selain itu bencana yang terjadi secara tiba-tiba seperti gempa bumi dapat membahayakan pengelola hingga pengunjung wisata, khususnya apabila bencana tersebut terjadi saat lokasi wisata ramai pengunjung maka kerugian dan korban jiwa juga akan sangat besar.
Dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata yang ditetapkan dalam RPJMD. Oleh karena itu aspek mitigasi pengelolaan wisata dirasa sangat penting diterapkan pada Kawasan Wisata sebagai upaya menciptakan kawasan yang tanggap bencana. Karena pengelolaan risiko di kawasan ini dibutuhkan perencanaan yang bersinergi, baik di tingkat nasional dan daerah.
Komitmen ini ditunjukkan BPBD Kota Sukabumi dengan memfasilitasi Pelatihan Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata kolaborasi bidang Pariwisata Disporapar Kota Sukabumi di salah satu tempat wisata kota Sukabumi (24/8/21) yang pesertanya merupakan pengelola usaha jasa wisata.
Helatan ini BPBD Kota Sukabumi membekali peserta menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) Mitigasi Bencana selama tiga hari. SOP ini nantinya menjadi pedoman indikatif yang membantu untuk mengambil tindakan tertentu jika terjadi suatu keadaan yang tidak terduga.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Bahrami mengatakan pentingnya keterlibatan unsur sekitar untuk membantu menanggulangi terjadinya bencana.
“Khususnya dalam situasi darurat bencana di lingkungan tempat wisata. Selain itu pengelola dibekali bagaimana beradaptasi struktural, seperti tanda evakuasi (peringatan/rambu/tanda bahaya, pengeras suara, early warning system), jalur evakuasi, titik kumpul, hingga bentuk bangunan tertentu dapat dinyatakan bahwa destinasi wisata sudah menerapkan upaya mitigasi untuk meminimalkan risiko bencana,” ungkap Zulkarnain.
Mitigasi non-struktural seperti peningkatan kapasitas masyarakat, menggali kearifan lokal, sertifikasi pemandu wisata, sertifikasi tim penyelamat, sertifikasi kesiapsiagaan bencana, penyediaan tim manajemen darurat dengan SOP yang telah ditetapkan.
“SOP yang telah disusun kedepannya diharapkan digladikan serta diuji cobakan secara rutin dalam bentuk Drill atau Simulasi untuk memastikan antisipasi kejadian darurat yang tiba tiba melanda berjalan secara baik dan terukur,” terang Zulkarnain mengakhiri.