SUKABUMIUPDATE.com - Satu minggu setelah dinyatakan sembuh dari paparan COVID-19, Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum kepada awak media di Tasikmalaya mengaku akan mengusulkan penerapan karantina wilayah atau lockdown pada Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Uu mengatakan, usulan penerapan lockdown di Jabar itu ia ambil mengingat kasus COVID-19 di wilayahnya terus mengalami peningkatan.
Menurut Uu, kebijakan yang saat ini diberlakukan kurang efektif untuk memutus penyebaran COVID-19.
"Solusi untuk memutus penyebaran Covid-19 di Jabar ini dengan lockdown. Saya akan sampaikan nanti pada rapat dengan Pak Gubernur untuk di-lockdown," kata Uu seperti dilansir Suara.com, Kamis (24/6/2021).
Uu menilai, kebijakan lockdown pasti akan ada konsekuensinya. Ia mencontohkan, pemerintah harus menyiapkan bantuan sosial (bansos) untuk warga yang terdampak lockdown. Namun, menurut dia, hal itu bukan masalah asal penyebaran COVID-19 dapat ditekan.
Uu menegaskan, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini tak bisa ditangani dengan cara biasa. Sebab, sudah dalam beberapa pekan terkahir, kasus COVID-19 terus melonjak.
Dampaknya, saat ini hampir seluruh rumah sakit kewalahan menangani pasien COVID-19. Angka kematian akibat COVID-19 juga terus meningkat.
"Masa akan dibiarkan terus seperti ini. Pemerintah harus berani dalam bersikap, harus tegas. Saya hanya usul, nanti mungkin Gubernur memutuskan. Saya minta di-lockdown, kunci total. Tidak lagi PPKM," kata dia.
Uu mengatakan, kebijakan lockdown dapat dilakukan selama sepekan hingga 10 hari. Setidaknya, hingga penambahan kasus Covid-19 berkurang, baru setelah itu aktivitas masyarakat bisa berjalan lagi.
Anggaran Sudah Tidak Ada
Dilain pihak, saat ditanya awak media terkait adanya wacana lockdown, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku heran dengan munculnya lagi wacana itu.
“Sebenarnya tidak ada istilah lockdown. Saya juga bingung dihidupkan lagi istilah lockdown. Karena dulu sudah disepakati namanya lockdown itu bahasa Indonesianya adalah PSBB,” kata Ridwan Kamil seperti dilansir dari tempo, Senin, 21 Juni 2021.
Kendati demikian, dia akan mengikuti apapun keputusan pemerintah pusat. “Pada dasarnya kami akan mengikuti arahan pemerintah pusat,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, pelaksanaan PSBB, atau Pembatasan Sosial Berskala Besar ini membutuhkan sejumlah persiapan. “PSBB ini harus dibarengi dengan kesiapan pangan, sembako, dan lain-lain,” kata dia.
Penyediaan bahan makanan tersebut misalnya diperuntukkan bagi warga yang mata pencariannya terganggu karena pembatasan tersebut. “Kami dari Jawa Barat, anggaran memang sudah tidak ada. Jadi kalau pun itu diadakan, kepastian dukungan logistik dari pusat harus betul-betul sudah siap, baru kami akan terapkan di Jawa Barat,” ujar Ridwan Kamil.
Baca Juga :
Kasus COVID-19 di Jawa Barat (Jabar) sendiri telah menyentuh angka 353.629 setelah bertambah 2.910 kasus pada Rabu, 23 Juni 2021.
Berdasarkan laman Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar atau Pikobar, Kamis, 24 Juni 2021, kasus tertinggi ditempati Kota Depok dengan 6.278 kasus positif aktif.
Wilayah dengan jumlah kasus terendah menurut Pikobar adalah Kabupaten Tasikmalaya dengan 82 kasus positif aktif.
Di Jabar, saat ini masih ada 34.413 pasien Covid-19 yang masih dalam perawatan. Sementara 314.472 sembuh dan 4.744 meninggal.
Meski begitu, Gubernur Ridwan Kamil mengungkapkan pekan ini tidak ada kabupaten/kota zona merah di Jawa Barat. Namun ia meminta masyarakat harus tetap waspada dan makin ketat disiplin protokol kesehatan 5M. Bebas zona merah bukan bearti prokes kendur.
Sebelumnya, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung berstatus zona merah atau risiko tinggi. Kini status kedua daerah tersebut zona oranye atau risiko sedang.
"Ada berita baik minggu ini tidak ada zona merah di Jabar. Provinsi lain masih banyak, kita minggu ini diumumkan tidak ada zona merah. Daerah terakhir (zona merah) adalah Kabupaten Bandung dan Bandung Barat," kata Ridwan Kamil dilansir dari siaran persnya, Kamis 24 Juni 2021.
Menurut Ridwan Kamil, perbaikan keadaan ini merupakan hasil semua stakeholders terutama tenaga kesehatan yang berjuang di garda terdepan. Namun begitu, pandemi masih belum berakhir. "Nah inilah mungkin sebuah upaya yang membuahkan hasil. Tapi situasi masih belum normal," pungkasnya.
SUMBER: SUARA.COM