SUKABUMIUPDATE.com - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi atau Komnas KIPI menyatakan kelumpuhan yang diderita guru honorer SMAN 1 Cisolok Kabupaten Sukabumi akibat guillain-barre syndrome atau GBS, sehingga bukan oleh vaksin.
Pihak keluarga tak mempermasalahkan hal itu, kendati kelumpuhan yang dialami Susan Antela terjadi setelah dirinya mendapatkan vaksin dosis kedua pada akhir Maret lalu. Adapun yang diharapkan pihak keluarga saat ini yaitu pemerintah membantu kesembuhan wanita berusia 31 tahun itu.
"Sekarang yang dipermasalahkan pihak keluarga khususnya saya, bagaimana tanggapan pemerintah kalau sudah seperti ini, permintaan dari keluarga tolong dibantu, lebih serius untuk penanganannya di rumah sakit, dan kami minta ke pihak terkait pemerintah tentunya untuk lebih memperhatikan lagi tentang pendanaan atau dana operasional," ujar paman Susan, Opi S (43 tahun).
Menurut Opi, hari ini saja Susan menjalani pengobatan di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung dengan difasilitasi ambulans puskesmas Cisolok dan didampingi perawat puskesmas. Tapi tetap untuk biaya operasionalnya harus mengandalkan biaya pribadi.
"Kebutuhan bu susan jelas ingin sembuh seperti biasa, tapi kan yang sakit ini didampingi orang yang sehat. Tentunya membutuhkan operasional. Kita tidak mempermasalahkan ini bukan dampak dari vaksin, gak apa-apa itu mah ini musibah," terangnya.
Mengenai kondisi terkini Susan, Opi menyatakan sudah menunjukkan ada perkembangan meskipun belum normal seperti biasa. "Kalau semuanya sudah normal, kaki, tangan namun matanya masih begitu belum normal penglihatannya kemungkinan di rujuk lagi," kata Opi.
"Sekarang Susan gak dikasih obat, katanya sudah bisa berobat di rumah sakit (RSUD) Palabuhanratu fisioterapi. Insya allah katanya bisa, soalnya pihak KIPI Provinsi sudah koordinasi sama dokter spesialis saraf rumah sakit Palabuhanratu ada kesanggupan untuk rawat jalan ibu susan ini," bebernya.