SUKABUMIUPDATE.com - Kasus yang dialami Susan Antela (31 tahun), guru dari Kampung Pasir Talaga RT 03/06 Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, di mana ia sempat dirawat di rumah sakit karena lumpuh sementara, bukan satu-satunya kasus Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi atau KIPI Covid-19 yang tergolong serius.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Barat telah menghimpun 36 kasus KIPI serius atau sedang-berat dari wilayahnya hingga saat ini.
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Covid-19 Jawa Barat Marion Siagian menerangkan KIPI digolongkan serius jika penerima suntikan vaksin sampai harus menjalani perawatan di rumah sakit. Seperti yang dialami guru Susan yang belakangan dinyatakan menderita guillain-barre syndrome atau GBS.
"Ibu SA ini adalah kasus yang terkini, mudah-mudahan tidak ada lagi untuk yang KIPI sedang sampai berat," kata Marion dalam konferensi pers daring bersama Komisi Daerah KIPI Jawa Barat, Senin, 3 Mei 2021 dikutip dari Tempo.
Seperti halnya pada Susan, 35 kasus kejadian ikutan serius yang dilaporkan telah seluruhnya diperiksa dan dipastikan bukan disebabkan langsung oleh vaksinasi Covid-19. Mereka yang lainnya seperti diare dan muntah-muntah, bahkan ada yang sampai jatuh pingsan.
Baca Juga :
Anggota Komisi Daerah KIPI Jawa Barat Rodman Tarigan mengungkap hasil pemeriksaan dari banyak kasus menunjukkan gejala cemas sebelum suntik vaksin sehingga terjadi kejadian-kejadian ikutan itu. "Mungkin karena mendengar hoax-hoax Covid-19," katanya sambil menambahkan, "Setelah dirawat mereka sehat kembali."
Ketua Komisi Daerah KIPI Jawa Barat Kusnandi Rusmil mengatakan seluruhnya ada dua jenis kejadian ikutan untuk vaksin Covid-19. Pertama terkait vaksin, kedua bukan karena vaksin. Contoh di kelompok yang pertama disebutkannya badan panas, nyeri di tempat suntikan, kemudian bengkak. Ada sebanyak 107 laporan kejadian seperti itu yang sudah diterima Kusnandi.
Sedangkan yang bukan karena vaksin, contohnya salah suntik dan vaksin tertukar. "Selama ini belum pernah ketemu KIPI karena salah suntik, kebanyakan reaksi individu yang terjadi," kata Guru Besar bidang Kedokteran Anak di Universitas Padjadjaran tersebut.
Kusnandi mengatakan kurang dari lima persen populasi menunjukkan reaksi ikutan akibat pemberian vaksin dan itu umumnya ringan. "Kasus yang berat itu sangat-sangat jarang. Umpama kita sudah melakukan imunisasi terhadap satu juta orang, yang berat itu secara teoritis hanya satu," kata ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung itu.