SUKABUMIUPDATE.com - Patah hati kadang kala terjadi pada seseorang tanpa sebab yang jelas, meskipun biasanya disebabkan oleh masalah asmara.
Patah hati yang dirasakan dapat berupa stress baik secara emosional maupun fisik yang disebut sindrom patah hati.
Apakah kamu pernah mengalami patah hati? Jika ya, kamu wajib mengetahui informasi berikut!
Melansir dari John Hopkins Medicine, seorang direktur program Johns Hopkins Advanced Heart Failure Fellowship, Ilan Wittstein, MD menjawab pertanyaan umum mengenai sindrom patah hati yang dapat mengancam nyawa.
Apa yang dimaksud dengan sindrom patah hati?
Mengutip dari John Hopkins Medicine, sindrom patah hati adalah suatu kondisi melemahnya otot jantung pada tubuh secara cepat dan bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula).
Istilah medis dari sindrom patah hati dikenal sebagai sindrom takotsubo atau kardiomiopati stres. Sindrom patah hati yang terjadi berupa stress akut secara mendadak.
Apa saja penyebab sindrom patah hati?
Sindrom patah hati disebabkan oleh stress baik stress fisik maupun emosional.
Menurut sumber yang sama, mayoritas orang mengalami sindrom patah hati akibat peristiwa yang mengganggu pikiran dan menyebabkan stress. Bahkan 30% pasien pemicu sindrom patah hati tidak dapat diidentifikasi secara jelas saat gejala awal.
Stres Emosional dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa seperti terkejut akan sesuatu, merasa takut, sedang dalam kondisi berduka, dan mengalami kemarahan yang cukup ekstrim.
Sedangkan stressor fisik dapat dilihat dari kondisi tubuh diantaranya: demam tinggi, gula darah rendah, kesulitan bernapas (seperti serangan emfisema atau asma) hingga pendarahan.
Bagaimana gejala sindrom patah hati?
Sindrom patah hati memiliki gejala yang hampir serupa dengan gejala serangan jantung, antara lain:
- Pusing
- berkeringat (diaforesis)
- Sakit dada
- Sesak nafas
Gejala tersebut akan muncul langsung setelah beberapa menit atau selama beberapa jam setelah peristiwa yang membuat stress terjadi.
Mengapa stres tiba-tiba menyebabkan otot jantung melemah?
Mekanisme melemahnya otot jantung disebabkan oleh terjadinya peristiwa yang bersumber dari stressor fisik atau emosional secara mendadak.
Adapun mekanisme yang terjadi dalam tubuh yaitu:
- Tubuh akan menghasilkan protein dan hormon tertentu seperti adrenalin dan non adrenalin
- Hormon adrenalin dan noradrenalin bertugas untuk untuk membantu mengatasi stress
- Hormon yang dihasilkan diproduksi secara mendadak karena peristiwa yang terjadi tiba-tiba sebagai respons terhadap stress
- Akibatnya, otot jantung harus bekerja ekstra karena jumlah hormon adrenalin yang banyak
- Kelebihan hormon adrenalin menyebabkan penyempitan pada pembuluh arteri kecil yang memasok darah ke jantung
- Aliran darah ke jantung akan mengalami penurunan sementara akibat penyempitan pada pembuluh arteri kecil
- Hormon adrenalin juga dapat mengikat sel-sel jantung secara langsung dan menyebabkan kalsium masuk ke dalam sel dalam jumlah yang besar
- Asupan kalsium yang besar ini dapat mencegah sel-sel jantung berdetak dengan baik
Mengingat bahwa sindrom patah hati bersifat reversibel, maka efek hormon adrenalin pada jantung ini bersifat sementara.
Jantung biasanya akan pulih seutuhnya dalam kurun waktu tertentu.
Apakah sindrom patah hati berbahaya?
Sindrom patah hati dapat mengancam nyawa seseorang. Sindrom patah hati berhubungan erat dengan fungsi jantung dalam tubuh.
Pada beberapa kasus, kelemahan otot jantung dapat terjadi cukup parah dan mengakibatkan:
- terkejut;
- tekanan darah rendah;
- kelainan irama jantung yang berpotensi mengancam jiwa; hingga
- gagal jantung kongestif.
Siapa yang mengalami resiko sindrom patah hati?
Siapapun dapat mengalami sindrom patah hati. Namun, resiko akan lebih tinggi pada wanita paruh baya atau berusia lebih dari 55 tahun. Pada usia tersebut resiko terkena sindrom patah hati meningkat lima kali lipat.
Meskipun mayoritas sindrom ini terjadi pada wanita yang lebih muda, pria dan anak-anak. Namun sebagian besar pasien sindrom patah hati adalah wanita pascamenopause.
Saat ini tidak ada alasan pasti mengapa hal ini terjadi tetapi fakta medis menurut John Hopkins Medicine, menyebutkan hormon estrogen yang menurun menyebabkan wanita menjadi lebih rentan terkena sindrom patah hati.
Pemicu sindrom patah hati selain usia dapat meliputi depresi, penyakit neurologis, dan riwayat kecemasan/anxiety.
Apabila kamu melakukan perawatan di bawah pengawasan dokter, sindrom patah hati ini dapat membaik dengan cepat. Bahkan sindrom patah hati kritis juga cenderung sembuh.
Sindrom patah hati jelas berdampak buruk pada kesehatan. Oleh karena itu, saat kamu merasakan sindrom patah hati jangan pernah kamu sepelekan. Kamu juga dapat segera melakukan konsultasi sebelum sindrom patah hati ini berakibat fatal!
Writer: Nida Salma Mardiyyah