SUKABUMIUPDATE.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi melakukan aksi mitigasi bencana di Sungai Cisuda, tepatnya di Jembatan Merah dan Jembatan Hitam, Kelurahan Limusnunggal, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi, pada Kamis (13/10/2022).
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Imran Wardhani mengatakan melalui aksi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kemitraan antara pemerintah, lembaga usaha, dan masyarakat, dalam pembangunan yang berkesinambungan dan berbasis Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
"Rangkaian mitigasi diisi berbagai aksi mulai pembersihan aliran sungai dari kotoran dan sampah yang menyumbat, konservasi tanaman dan pohon yang menjaga longsor, melancarkan kanal sungai, hingga penataan bentangan sungai agar lebih asri dan ramah dipandang," kata Imran.
Imran menyebutkan Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengajak semua instansi di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi ikut ambil bagian dalam aksi PRB di instansi masing-masing dengan wujud pelatihan lokakarya seminar simulasi komunikasi informasi bencana hingga mitigasi nyata bahaya di sekitar.
"Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Tahun 2022 yang jatuh pada Oktober ini merupakan sarana untuk memperkuat pemahaman pemerintah, lembaga usaha, dan masyarakat, terhadap aktivitas PRB sebagai investasi untuk ketangguhan," ujar Imran.
Imran menyampaikan secara umum peringatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama, membangun dialog, dan mengembangkan jejaring antar pelaku PRB serta dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama bagi pelaku PRB seluruh Indonesia.
Seperti diketahui sejak 2009, Badan PBB UNISDR (United Nations International Strategy for Disaster Reduction) telah menetapkan tanggal 13 Oktober sebagai hari peringatan PRB Internasional (International Day for Disaster Risk Reduction).
Peringatan PRB telah menjadi agenda nasional yang dilaksanakan setiap tahun sejak tahun 2013 dan setiap bulan Oktober dinisbahkan sebagai bulan Bhakti PRB.
Alasan Dipilihnya Sungai Cisuda
BPBD menyatakan dipilihnya Sungai Cisuda tidak terlepas dari tingginya frekuensi kejadian luapan air yang menghantui warga akan banjir di spot ini. Jika hujan, tempat ini ini menjadi sorotan lantaran pernah menelan korban jiwa pada Kamis, 17 Februari 2022, ketika banjir merendam ratusan rumah warga.
Saat itu, Kamis petang, luapan Sungai Cisuda menewaskan Nunung Yunus (85 tahun). Nunung meninggal dunia di kamar rumah adiknya di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, akibat terendam banjir.
Tak hanya di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, BPBD Kota Sukabumi mencatat bencana banjir pada Kamis tersebut terjadi merata di tujuh kecamatan, tepatnya di 64 titik. Selain banjir, BPBD pun menyebut ada tanah longsor di enam kecamatan yakni di 14 titik.
Berdasarkan data BPBD Kota Sukabumi pada Minggu, 20 Februari 2022, pukul 12.00 WIB, ada 12.567 jiwa yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor pada Kamis, 17 Februari 2022, satu di antaranya meninggal. Kemudian, 87 rumah rusak berat, 173 rusak sedang, dan 3.493 rumah lainnya rusak ringan.
Tercatat pula, satu tempat ibadah rusak berat, dua rusak sedang, dan dua rusak ringan. Selanjutnya, dua lembaga pendidikan rusak berat, satu rusak sedang, dan satu lainnya rusak ringan. Satu fasilitas kesehatan pun mengalami rusak berat. Dengan adanya korban jiwa, Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, dianggap menjadi lokasi terparah.
Berdasarkan keterangan warga, banjir luapan Sungai Cisuda yang diperkirakan setinggi 2 meter merendam rumah hingga masjid di Kampung Tugu. Sejumlah rumah yang terendam mengalami rusak parah hingga kerugian meteri karena beberapa fasilitas di dalam rumah yang ikut terendam dan rusak.
Kompleksitas soal bencana banjir memang sudah terjadi lama. Silang pendapat ihwal kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai selalu mengemuka ketika bencana ini terjadi.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat turut angkat suara terkait peristiwa maut banjir di Kota Sukabumi, khususnya di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa.
Kepala Seksi Sungai, Danau, Waduk, dan Pantai pada UPTD Cisadea-Cibareno Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, Ana Purnamasari, mengatakan Sungai Cisuda merupakan kewenangan pihaknya. Sungai ini memiliki panjang 2,5 kilometer dengan lebar rata-rata 10 hingga 12 meter.
Menurut Ana, meluapnya Sungai Cisuda saat itu disebabkan curah hujan tinggi dan longsoran yang membawa material pepohonan yang kemudian tersangkut di beberapa jembatan, termasuk Jembatan Merah, Baros. Kondisi ini membuat penyumbatan sehingga aliran air tidak lancar.
"Termasuk adanya penyempitan sungai di beberapa titik jembatan dan sedimentasi ikut menjadi pemicu dangkalnya dasar sungai," kata Ana. Dia pun tak memungkiri masih adanya kebiasaan warga membuang sampah ke sungai. "Perlu juga penertiban bangunan di area sempadan sungai," tambah Ana.
Ana mengatakan kedalaman Sungai Cisuda dapat mencapai 4 meter di bagian hulu (wilayah Salabintana, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi), dan terus berkurang hingga kurang lebih 2 meter ketika memasuki kawasan permukiman penduduk (hilir). Pelebaran sungai dan normalisasi pun dirasa perlu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian serupa.
REPORTER: CRP/GIANNI FATHIN RABBANI