SUKABUMIUPDATE.com - Sebanyak delapan Provinsi di Indonesia rawan bencana banjir dan longsor akibat cuaca ekstrem dalam tiga hari mendatang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
Melansir dari Tempo.co, Dwikorita membeberkan sejumlah wilayah berpotensi menghadapi cuaca ekstrem hujan lebat disertai kilat dan angin kencang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.
Dwikorita menyebutkan, dalam tiga hari ke depan terdapat sejumlah wilayah yang berpotensi terdampak hujan lebat dengan kategori siaga, atau berpotensi banjir. Delapan provinsi itu meliputi sebagian wilayah;
- Aceh
- Banten
- DKI Jakarta
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Kalimantan Barat
- Sulawesi Tengah
"Informasi lebih rinci hingga level kecamatan untuk potensi dampak hujan lebat dapat diakses di laman signature.bmkg.go.id," ujarnya dalam konferensi pers, Sabtu malam, 9 Oktober 2022.
Potensi cuaca ekstrem tersebut, kata Dwikorita, akan terjadi selama sepekan ke depan. Cuaca ekstrem yang dimaksud meliputi hujan lebat yang disertai kilat dan angin kencang diprediksi terjadi pada periode 9-15 Oktober 2022.
Ia menyebutkan hal tersebut didapat dari hasil analisis terkini bahwa kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia. "Masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan," tutur Dwikorita.
Adapun potensi terjadinya cuaca ekstrem tersebut adalah hasil analisis dinamika atmosfer yang menunjukkan adanya sirkulasi siklonik. Sirkulasi siklonik itu membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan.
Tak hanya itu, menurut Dwikorita, pemicu lainnya adalah aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin.
"Interaksi fenomena itu secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan," ujarnya.
Lebih jauh, ia berharap agar hasil analisis BMKG ini menjadi bentuk perhatian pemerintah daerah, pemangku kepentingan terkait, hingga masyarakat. Ia pun meminta sejumlah pihak memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Selain itu, kata Dwikorita, tiap pihak harus menata lingkungannya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol. Berikutnya, ia meminta ada pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
Yang juga penting adalah sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian dalam pencegahan risiko bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi meliputi banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi.
Dwikorita juga meminta adanya penguatan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi. "Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia," ucapnya.
SUMBER: TEMPO.CO (ANTARA)