SUKABUMIUPDATE.com - Gerakan 30 September atau yang dikenal dengan singkatan (G30SPKI), merupakan peristiwa kelam yang terjadi di tanah air Indonesia.
Dilansir dari Tempo.co, tragedi nasional tersebut telah merenggut sembilan nyawa petinggi militer di kalangan TNI AD, satu orang polisi serta Ade Irma Suryani Nasution yang merupakan putri bungsu Jenderal AH Nasution.
Semua korban yang gugur dalam tragedi memilukan itu, ditetapkan oleh keputusan Presiden pada tahun 1965 sebagai Pahlawan Revolusi.
Salah satu sosok Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S adalah Kasrem 072/Pamungkas, Yogyakarta, Kolonel Inf. R. Sugiyono.
Baca Juga :
Dikutip dari ditsmp.kemdikbud.go.id, kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI) menangkap Kepala Staf Kolonel Sugiyono di Markas Korem 072/Pamungkas Yogyakarta pada 1 Oktober 1965.
Gerombolan tersebut lantas membunuh Kolonel Sugiyono di sebelah utara Yogyakarta, tepatnya di daerah Kentungan. Waktunya nyaris bersamaan dengan tewasnya Brigjen Katamso Komandan Korem 072/Pamungkas.
Dilansir dari berbagai sumber, putra keenamnya menceritakan, Kolonel Sugiyono dibunuh dengan sadis. Ia dipukul dengan kunci mortir peluru kendali yang ukurannya besar di markas Batalyon L.
Saat kondisinya masih hidup Kolonel Sugiyono dimasukkan ke dalam lubang empat persegi panjang yang hanya berukuran 3x4 meter. Ia dilempar ke dalam sana tepat di atas Kolonel Inf Katamso yang sudah kehilangan nyawanya terlebih dahulu.
Tak sampai di sana, melihat Sugiyono yang masih hidup, ia kembali dilempar batu hingga kepalanya pecah.
Profil Kolonel Sugiyono
Kolonel Sugiyono memiliki nama lengkap Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto. Ia lahir di Gedaren, Sumbergiri, Ponjong, Gunung Kidul, 12 Agustus 1926.
Ia merupakan anak kesebelas dari 14 bersaudara. Ayahnya bernama Kasan Sumitro Rejo merupakan seorang petani sekaligus Kepala Desa Gedara.
Di masa sekolahnya Kolonel Sugiyono belajar di Sekolah Guru di Wonosari. Namun setelah selesai sekolah, ia tidak ingin menjadi guru.
Malahan ia memutuskan terjun ke dunia militer setelah memahami situasi di bawah masa penjajahan Jepang yang carut marut.
Setelah bergabung dalam Pembela Tanah Air (PETA), Sugiyono diangkat sebagai Budanco atau Komandan Peleton di Wonosari.
Seperti para Pahlawan Revolusi lainnya, Sugiyono pun turut bergabung ketika Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk dan diganti menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Kolonel Sugiyono membina rumah tangga dengan Supriyati. Mereka memiliki anak enam orang laki-laki yaitu R. Erry Guthomo, R. Agung Pramuji, R. Haryo Guritno, R. Danny Nugroho, R. Budi Winoto, dan R. Ganis Priyono.
Selain itu ia juga dianugerahi seorang anak perempuan, Rr. Sugiarti Takarina yang lahir setelah ayahnya meninggal. Nama Sugiarti Takarina diberikan oleh Presiden Sukarno.
Jenazah Kolonel Sugiyono ditemukan 21 hari setelah peristiwa nahas tersebut, atau pada 22 Oktober 1965. Kolonel Sugiyono wafat di usia 39 tahun. Kemudian, jenazahnya disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
SUMBER: TEMPO.CO/ANNISA FIRDAUSI
Write : Ikbal Juliansyah