SUKABUMIUPDATE.com - Angin puting beliung menerjang wilayah Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, Rabu (7/9/2022) sekira pukul 16.00 WIB dan sempat terekam kamera warga dan tersebar di media sosial.
Angin puting beliung biasanya terjadi dalam waktu singkat namun memiliki dampak kerusakan yang parah. Angin ini bisa memporak porandakan apa saja yang dilaluinya termasuk bangunan rumah.
Mungkin banyak yang bertanya bagaimana proses terjadinya angin puting beliung, berikut ulasannya.
Baca Juga :
Apa itu angin puting beliung?
Mengutip dari laman gramedia.com, angin puting beliung merupakan angin yang berputar secara kencang di permukaan tanah maupun air dan umumnya terjadi selama 3-5 menit.
Angin jenis ini biasanya muncul dengan bentuk seperti corong dengan ujungnya seolah menyentuh permukaan bumi dan dikelilingi oleh awan pada ujung atasnya.
Angin tersebut memiliki kecepatan hingga ratusan kilometer per jam dan lebar mencapai puluhan meter.
Umumnya, angin puting beliung berpotensi terjadi pada musim pancaroba dan terbentuk di waktu siang hari antara pukul 13.00 hingga 17.00. Namun pada beberapa kasus bisa juga terjadi pada malam hari.
Penyebab dan proses terjadinya angin puting beliung
Masih menurut laman gramedia.com, angin puting beliung dapat terjadi karena adanya pertemuan antara udara panas dan udara dingin. Nantinya udara yang memiliki perbedaan suhu tersebut akan saling bentrok dan membentuk awan cumulonimbus (CW) hingga menjadi puting beliung. Selain itu, angin ini juga dapat terjadi saat terjadi arus udara yang naik secara kuat di dalam awan.
Sedangkan proses terjadinya berkaitan dengan adanya awan cumulonimbus dan terbagi tiga fase yaitu fase tumbuh, fase dewasa, dan fase punah.
Pada fase tumbuh terdapat awan yang di dalamnya memiliki arus kuat yang naik ke atas, kemudian ketika hujan belum turun, titik-titik air maupun kristal es masih tertahan oleh adanya arus yang naik tersebut sebelum menuju ke puncak awan.
Pada fase kedua atau fase dewasa titik-titik air yang sudah tidak tertahan tersebut akan naik ke puncak awan. Kemudian saat hujan turun akan terjadi gaya gesek antara arus udara yang naik dan yang turun.
Adanya temperatur massa udara yang turun menjadi lebih dingin dari udara di sekelilingnya menimbulkan arus geser yang memutar lalu menjadi bentuk pusaran.
Semakin lama arus udara tersebut bergerak maka gesekan akan semakin cepat hingga akhirnya membentuk sebuah corong yang menyentuh permukaan bumi atau biasa disebut angin puting beliung.
Lalu yang terakhir yaitu fase punah, pada fase ini massa udara akan meluas pada seluruh awan, lalu berhenti dan kemudian angin puting beliung pun berakhir.
Hal tersebut karena tidak ada massa udara yang naik hingga kemudian massa udara turun secara meluas di seluruh awan. Ketika proses kondensasi berhenti, udara yang turun tersebut melemah hingga akhirnya angin puting beliung pun berakhir.