SUKABUMIUPDATE.com - Timnas sepak bola amputasi Indonesia atau Garuda INAF (Indonesia Amputee Football) masuk Grup C World Amputee Football Cup Istanbul, Turkey. Dalam ajang Piala Dunia yang digelar 30 September hingga 9 Oktober 2022 nanti, Timnas Indonesia diperkuat pemuda Sukabumi, Piat Supriatna (32 tahun).
Garuda INAF berada di Grup C bersama Inggris, Argentina, dan Amerika Serikat. Hasil ini diperoleh dari drawing group melalu pot 1, 2, 3, dan 4, di mana Indonesia masuk ke dalam pot 4 setelah dilakukan drawing. Total, ada 24 negara atau tim di World Amputee Football Cup 2022 di Istanbul, Turkey. Mereka dibagi ke dalam enam grup.
Piat mengatakan target pertama dalam World Amputee Football Cup 2022 adalah bisa lolos grup. Namun, pemain bernomor punggung 19 asal Kampung Tegallega RT 28/05, Desa Tegallega, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, ini juga menyebut tak menutup kemungkinan Timnas Indonesia bisa lolos ke fase yang lebih jauh.
"Alhamdulillah kami bisa lolos ke Turki. Saat ini sedang menjalani Training Center (TC) di Sport Club Arena Mansion (Jakarta Selatan). Kalau berangkat rencana akhir September, karena pertandingan Oktober," katanya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (3/8/2022).
Piat mengatakan laga Garuda INAF di World Amputee Football Cup 2022 akan dimulai pada 1 hingga 9 Oktober 2022. Dia juga meminta doa restu, khususnya kepada warga Sukabumi dan Indonesia, supaya Timnas Indonesia mampu mempersembahkan yang terbaik. "Mohon doa restu kepada masyarakat, khususnya Sukabumi," kata Piat.
Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di World Amputee Football Cup 2022. Ini juga pertama kalinya dalam sejarah, Timnas Indonesia berhasil lolos ke putaran final. Merah Putih berhasil menyabet tiket lolos putaran final Piala Dunia Amputasi 2022 usai finis sebagai runner-up di babak kualiikasi wilayah Asia Timur.
Piat dan kawan-kawan sukses menaklukkan Bangladesh dengan skor telak 8-0, menang atas Malaysia 3-0. Namun saat pertandingan terakhir kalah 0-2 dari Jepang. Selain Indonesia dan Jepang, 2 wakil Asia lain pada putaran final adalah Iran dan Irak.
Sebelumnya, Piat serta penggawa dan official Garuda INAF tak mampu menyembunyikan kekecewaan kepada pemerintah. Sebab, selama masa persiapan hingga berjuang di babak kualifikasi dan berhasil lolos ke Piala Dunia, mereka tak mendapatkan sokongan dana dari negara bahkan perhatian dari pemerintah.
Cerita tersebut awalnya dibuka oleh kapten Timnas sepak bola amputasi Indonesia, Aditya. Dia curhat di sejumlah media. Mengutip bola.com, "Kami berjuang mandiri tanpa ada support dari pemerintah. Jadi mengandalkan kekuatan dari manajemen saja hingga bisa lolos ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Turki," kata Aditya, Selasa, 7 Juni 2022 di Bandung.
Menurut Aditya, sebelum bertolak ke kualifikasi Piala Dunia Amputasi 2022 di Bangladesh, dia dan rekan-rekannya harus berlatih dari lapangan ke lapangan yang berbeda, lantaran belum memiliki lapangan tetap untuk latihan. Tak hanya itu, Garuda INAF juga kesulitan dana untuk tambahan membeli tiket pesawat menuju Bangladesh, termasuk biaya selama mengarungi babak kualifikasi.
Kini, Timnas sepak bola amputasi Indonesia satu grup dengan negara-negara raksasa sepak bola, termasuk untuk tim amputasi. Timnas Inggris pernah beberapa kali meraih peringkat 3 di Piala Dunia Amputee. Amerika Serikat merupakan runner-up kejuaraan dunia tahun 1988. Sedangkan Argentina runner-up Piala Dunia Amputasi 2010.
Baca Juga :
Peraturan Umum Amputee Football
Peraturan sepak bola amputasi secara umum masih serupa dengan sepak bola reguler, namun berlaku sejumlah adaptasi sebagai penyesuaian. Mengutip laman World Amputee Football, berikut beberapa perbedaan peraturan paling mendasar yang berlaku dalam pertandingan sepak bola amputasi:
1. Lapangan outdoor yang digunakan berukuran 60x40 meter, dengan toleransi kurang lebih 5 meter. Tetapi, pertandingan indoor juga bisa dilakukan dengan menggunakan lapangan ukuran bola basket.
2. Ukuran gawang sepak bola amputasi sedikit berbeda dengan versi umum, yakni menggunakan lebar 5 meter, tinggi 2 meter, dan kedalaman 1 meter.
3. Durasi permainan juga lebih singkat, yakni hanya 2 kali 25 menit, dengan waktu jeda istirahat 10 menit. Namun, bola yang dipakai tetap menggunakan standar FIFA.
4. Jumlah yang umum digunakan tiap tim beranggotakan 7 pemain, terdiri 6 outfield dan 1 kiper. Tetapi, ada pula pertandingan yang menggunakan penyesuaian jumlah pemain 4 vs 4, atau 3 outfield dan 1 kiper.
5. Para outfield diisi pemain yang mengalami amputasi bagian bawah, atau minimal kehilangan pergelangan kaki. Dengan kata lain, pemain outfield memiliki 2 tangan dan 1 kaki.
6. Sebaliknya, posisi penjaga gawang diisi pemain yang mengalami amputasi bagian atas, atau minimal kehilangan salah satu pergelangan tangan. Dalam artian, kiper memiliki 2 kaki dan 1 tangan.
7. Perbedaan jenis amputasi inilah yang menyebabkan posisi kiper tidak diperbolehkan meninggalkan area kotak penalti. Jika sampai terjadi, maka hukuman penalti bisa diberikan dan kiper kena kartu merah.
8. Pengunaan prostesis atau anggota tubuh tiruan tidak diperbolehkan. Sedang untuk menjaga keseimbangan, para pemain outfield akan menggunakan 2 tongkat atau kruk logam di kedua lengan bawah. Penggunaan kruk kayu tidak diperbolehkan karena rawan pecah dan patah.
9. Kontak bola dengan kruk secara tidak sengaja diperbolehkan. Tapi jika menggunakan kruk dengan sengaja untuk mengarahkan bola dianggap pelanggaran hand pass.
10. Anggota tubuh yang tersisa dari amputasi tidak boleh digunakan untuk mengarahkan bola. Permainan harus tetap berjalan adil, lantaran tiap pemain pastinya mempunyai sisa amputasi yang berbeda. Mengarahkan bola menggunakan sisa tubuh amputasi dianggap pelanggaran hand pass.
11. Aturan lemparan ke dalam (throw in), diganti tendangan ke dalam (kick-in). Dan untuk mengantisipasi keterbatasan fisik, pergantian pemain bisa dilakukan tak terbatas. Aturan off-side juga tidak digunakan.
12. Pelindung tulang kering wajib dipakai. Pemain yang menggunakan tongkatnya secara ofensif kepada lawan akan dikeluarkan dari permainan, dan tim terkena tendangan penalti.