SUKABUMIUPDATE.com - Berjuang mati-matian membela merah putih hingga lolos menuju putaran Piala Dunia 2022 tanpa dukungan pemerintah. Itulah pengalaman pahit yang harus ditelan para punggawa timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia atau Garuda Inaf (Indonesia Amputee Football), seperti dituturkan Piat Supriatna, atlet asal Sukabumi Jawa Barat.
Bernomor punggung 19, pria 32 tahun ini adalah salah satu punggawa Garuda Inaf dalam babak kualifikasi Piala Dunia Amputee Football World Cup 2022 di Bangladesh beberapa waktu lalu.
Warga Tegallega RT 28/05, Desa Tegallega, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi ini terharu dan bangga, bisa menjadi bagian dari tim garuda meraih tiket menuju putaran piala dunia di Turki, yang rencananya akan berlangsung bulan September 2022 mendatang.
Namun dibalik semua itu, Punggawa dan official garuda Inaf tak mampu menyembunyikan kekecewaan kepada pemerintah. Selama masa persiapan hingga berjuang di babak kualifikasi dan berhasil lolos ke piala dunia mereka tak mendapatkan sokongan dana dari negara bahkan perhatian dari pemerintah.
Baca Juga :
Cerita ini awalnya dibuka oleh Kapten Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia, Aditya curhat di sejumlah media. Mengutip bola.com, "Kami berjuang mandiri tanpa ada support dari pemerintah. Jadi mengandalkan kekuatan dari manajemen saja hingga bisa lolos ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Turki," jelas Aditya, Selasa (7/6/2022) di Bandung.
Menurut Aditya, sebelum bertolak ke Piala Dunia Amputasi 2022 di Bangladesh, ia dan rekan-rekannya di timnas sepak bola amputasi Indonesia harus berlatih dari lapangan ke lapangan yang berbeda, lantaran belum memiliki lapangan tetap untuk latihan.
"Fasilitas lapangan juga seadanya, bahkan selama TC seminggu pertama di Jakarta latihannya pindah-pindah dan terakhir di lapangan DPR Senayan setelah dapat dari salah satu partai politik," tegas Aditya.
Tak hanya masalah lapangan, Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia kesulitan dana untuk tambahan membeli tiket pesawat menuju Bangladesh, termasuk biaya selama mengarungi babak kualifikasi.
"Tapi alhamdulillah ada dukungan dari salah satu parpol itu, jadi kami bisa pergi ke Bangladesh dan bisa untuk makan selama dua hari di sana. Hari ketiga agak bermasalah karena kami hanya memanfaatkan uang yang ada saja," tutur Aditya.
"Alhamdulilah walaupun kurang dukungan, terutama dukungan dari pemerintah tapi bisa maksimal bermain selama di sana (Bangladesh)," tegas Aditya.
Baca Juga :
Piat membenarkan apa yang disampaikan oleh sang kapten, bahwa keberhasilan mereka tidak lepas dari perjuangan keras tim selama babak kualifikasi, walaupun dari persiapan hingga keberangkatan dan pertandingan tanpa dukungan dari pemerintah.
"Sejak berangkat juga nol persen dari pemerintah. nggak ada suport. berjuang mandiri. sampai sekarang pun setelah kami lolos menuju Piala dunia 2022 belum ada kabar dari pemerintah," ungkap Piat kepada sukabumiupdate.com, Sabtu 11 Juni 2022 melalui rekaman suara.
Ia menceritakan selain partai politik, ada juga lainnya yang coba membantu perjuangan Garuda Inaf di babak kualifikasi. "Ada donasi lewat kita bisa. bantu bantu gitu. Sekarang sharp juga coba membantu menyisihkan penjualan untuk didonasikan kepada Garuda Inaf," lanjut Piat.
Ia masih berharap ada perhatian dari pemerintah, karena di dada seragam mereka ada lambang Garuda. "Mudah-mudahan harapan besarnya, pemerintah bisa mensuport persiapan menuju piala dunia," beber Piat.
Sambil menunggu persiapan khusus menuju Piala Dunia 2022 di nanti, Piat pulang ke tanah kelahiran di Lengkong Sukabumi. Ia tetap menjalani latihan fisik secara mandiri. "Kami tetap berjuang walaupun dalam keterbatasan," pungkasnya.