SUKABUMIUPDATE.com - Kanker otak merupakan salah satu penyakit mematikan, tak jarang menyebabkan penderitanya meninggal dunia. Hanya sedikit cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ini.
Namun, melansir dari Suara.com, Para peneliti sedang melakukan uji coba pengobatan kanker otak langka yang tidak dapat disembuhkan menggunakan virus. Menurut studi fase pertama, virus ini dapat membunuh sel tumor pada anak-anak secara aman.
Uji coba pertama ini juga menunjukkan kelayakan memberikan terapi virus secara langsung ke kanker Diffuse Intrinsic Pontine Glioma (DIPG) yang terbentuk di batang otak, lapor Health Day.
Namun, apakah pendekatan tersebut pada akhirnya dapat memperpanjang hidup anak-anak? Masih harus dicari jawabannya.
DIPG jarang terjadi. Kanker ini tidak ada obatnya dan sebagian besar muncul di bagian batang otak yang disebut pons, sehingga tidak mungkin untuk mengangkat kanker melalui pembedahan.
Saat ini, pengobatannya meliputi radiasi. Namun, menurut peneliti, cara ini hanya mengulur waktu karena kanker hampir selalu berkembang lagi.
Banyak anak yang didiagnosis dengan DIPG meninggal dalam waktu satu tahun, dan kurang dari 10 persen yang bertahan selama dua tahun.
Dalam percobaan ini, para peneliti dari Spanyol, Belanda, dan Amerika Serikat beralih ke terapi virus oncolytic, sebuah pendekatan yang telah dipelajari untuk kanker tertentu.
Terapi ini melibatkan virus yang sudah dimodifikasi di laboratorium untuk menginfeksi dan menyebar di dalam sel kanker.
Peneliti menggunakan virus flu yang sudah diubah, disebut DNX-2401, yang telah terbukti membunuh sel DIPG pada hewan di laboratorium.
Menggunakan kanula (selang tipis) yang dirancang khusus, peneliti perlahan memasukkan virus ke tumor 12 anak dan remaja yang menderita DPIG.
Menurut pemimpin penelitian Jaime Gallego Perez-Larraya dari Health Research Institute of Navarra, Spanyol, tujuan utama studi ini adalah untuk menilai keamanan prosedur.
Secara keseluruhan, efek samping paling umum adalah sakit kepala, mual, muntah dan kelelahan. Dua anak mengalami kelemahan ekstremitas.
Sayangnya, sebagian besar anak akhirnya menyerah pada penyakit mereka, tetapi kelangsungan hidup rata-rata menjadi hampir 18 bulan. Angka itu lebih tinggi dari biasanya.
Bahkan, dua anak masih hidup melewati 30 bulan. Termasuk satu anak yang bebas perkembangan sel kanker setelah 38 bulan.
Namun, wakil direktur neuro-onkologi pediatrik di Dana-Farber Cancer Institute/Boston Children's Hospital, Susan Chi, memperingatkan bahwa ini terlalu dini untuk menarik kesimpulan.
Chi mengatakan temuan ini harus ditafsirkan secara hati-hati, karena uji coba hanya dirancang untuk menilai keamanan.
SUMBER: SUARA.COM