SUKABUMIUPDATE.com - Ketua umum Sinergi Nawacita Indonesia (SNCI) Suryo Atmanto mengungkapkan, selama lebih dari tiga dekade, setiap pergantian kepala negara, peninjauan terhadap konstruksi kabinet kurang mendapatkan perhatian.
Namun lebih mengutamakan pemilihan figur calon menteri seperti yang disaksikan dalam sebulan terakhir ini.
BACA JUGA: Dukung Pemerintah, SNCI Komitmen Bangun Ekonomi Nasional
Menurut Suryo, peninjauan terhadap konstruksi kabinet itu sangat penting untuk memastikan tidak terjadinya overlapping, yang berakibat pada in-effesiensi APBN. Atau sebaliknya memunculkan ego sektoral dan apakah nomenklatur kabinet bersifat tematik terhadap permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.
"Peninjauan secara menyeluruh terhadap konstruksi kabinet, khususnya masa bakti 2019-2024 menjadi sangat penting karena sejumlah issue kritis khususnya bidang ekonomi akan menjadi beban berat di Kabinet 2019-2024," katanya dalam rilis yang diterima sukabumiupdate.com, Selasa (15/10/2019).
Sambung Suryo, tekanan berat itu diantaranya terhadap pertumbuhan ekonomi, double deficit masing-masing defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan. Selain itu, rendahnya sumbangan UKM terhadap total ekspor non migas, persoalan mengeluarkan Indonesia dari Middle Income Trap hingga masalah Radikalisme.
BACA JUGA: Wujudkan Kedaulatan Pangan, SNCI Terapkan Teknologi Pupuk Batu Bara
"Sebagian dari persoalan di atas harus bisa diselesaikan dalam dua tahun pertama masa bakti 2019-2024, melalui kebijakan-kebijakan yang extra ordinary dan out of the box," jelasnya.
Sebagai ilustrasi, tambah Suryo masalah link and match yakni issue muatan akademis yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja serta menciptakan pengangguran intelektual telah berlangsung lebih dari 30 tahun, karena adanya dua kementerian yang berbeda yakni Kementerian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja.
Demikian pula dengan masalah ekspor, di banyak negara Kementerian Perdagangan dan Perindustrian telah lama disatukan menjadi Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Internasional khususnya Jepang, Cina dan Malaysia yang dikenal dengan MITI dengan strategi utama menjadikan pasar global sebagai sasaran utama.
BACA JUGA: SNCI, Perum Bulog dan Bursatani Panen Perdana Demplot Pertanian di Karawang
"Sementara tupoksi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian sangat luas, sehingga penanganan ekspor menjadi tidak fokus," paparnya.
Untuk membantu memberi masukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), maka dalam dua bulan terakhir SNCI melakukan peninjauan secara menyeluruh terhadap postur kabinet, yang tepat untuk periode 2019-2024, dengan mempertimbangkan penyelesaian cepat terhadap isu kritis sekaligus menjadikan 2019-2024 sebagai persiapan lepas landas Indonesia memasuki tahap transisi menjadi negara maju.
"Dari hasil peninjauan secara menyeluruh, terdapat 11 kementerian yang merupakan penggabungan, pemisahan dan penajaman nomenclature, serta lima Komisi Nasional Strategis," tandasnya.