SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung melakukan penelusuran fenomena suara gemuruh dan getaran dari dalam tanah di Kampung Selajambe, Desa Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.
Kepala Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan, BMKG Bandung mengerahkan peralatan berupa jaringan seismograph, lightning detector serta data pengamatan satelit untuk mencoba mengungkap suara gemuruh dan getaran tersebut.
Baca Juga :
Teguh menyatakan, hasil monitoring tersebut yaitu pertama jaringan Seismograph BMKG Bandung pada tanggal 22 dan 23 April 2022 dari pukul 6.00 WIB -10.00 WIB tidak merekam adanya aktivitas gempa bumi di sekitar lokasi.
Kedua alat lightning detector BMKG Bandung pada tanggal 22 April 2022 pukul 9.23.05 WIB dan 9.23.14 WIB mencatat aktivitas Petir IC (Intra-Cloud) terdekat pada jarak 2.01 Km dan 2.36 Km, arah tenggara dan barat daya dari Kantor Desa Selajambe.
Dan pada Tanggal 23 April 2022 mencatat aktivitas Petir yang cukup jauh, yaitu CG + (Cloud to Ground positif) sekitar 19.6 Km arah utara dari Kantor Desa Selajambe dan CG - (Cloud to Ground negatif) sekitar 21.4 Km arah barat laut dari Kantor Desa Selajambe.
Ketiga, berdasarkan data pengamatan satelit pada saat yang dilaporkan, tidak terdapat awan Cb ataupun Cu yang dapat menyebabkan badai petir. Kondisi cuaca pada saat kejadian adalah cerah berawan. Sehingga bisa disimpulkan penyebab gemuruh bukan disebabkan oleh fenomena atmosferik.
Baca Juga :
Berdasarkan hal-hal di atas pada tanggal 22 dan 23 April 2022 dari pukul 6.00 WIB-10.00 WIB tidak adanya aktivitas seismik. Adapun terdapat aktivitas petir yang tercatat pada tanggal 22 April 2022 pukul 9.23.05 WIB dan 9.23.14 WIB yaitu Petir IC terdekat pada jarak 2.01 Km dan 2.36 Km, arah tenggara dan barat daya dari Kantor Desa Selajambe.
"Namun penyebab dari suara gemuruh dan getaran tanah tersebut masih belum dapat dipastikan," Kata Teguh kepada sukabumiupdate, Minggu (24/4/2022)
BMKG menghimbau kepada Masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Masyarakat diharap hanya percaya pada informasi resmi kebencanaan melalui informasi resmi yang dikeluarkan dari pihak yang berhubungan langsung dengan kejadian bencana seperti BMKG, Basarnas, BNPB, Tagana,TNI/Polri dan aparat Pemerintahan setempat," jelasnya.